REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, Sabtu (24/1) mengutuk serangan oleh gerilyawan Ukraina terhadap permukiman sipil di Ukraina Timur, sehingga menewaskan sedikitnya 30 orang dan melukai tak kurang dari 100 orang lagi.
Peristiwa tersebut mengundang ancaman mengenai tekanan AS dan masyarakat internasional atas Rusia.
"Saya bergabung dengan timpalan saya dari Eropa dalam mengutuk dengan sekeras-kerasnya serangan mengerikan hari ini oleh kaum separatis dukungan-Rusia terhadap permukiman sipil di Mariupol," kata Kerry di dalam satu pernyataan.
Diplomat senior Amerika itu menuduh Rusia mengambil "keputusan yang tak bertanggung-jawab dan berbahaya" untuk memasok kembali gerilyawan dengan senjata canggih. Demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara pada Ahad (26/1).
Ia mendesak Rusia agar menutup perbatasan internasionalnya dengan Ukraina dan menarik semua senjata, petempur serta dukungan keuangan.
"Jika tidak, tekanan AS dan internasional atas Rusia dan asuhannya hanya akan meningkat," kata pernyataan tersebut.
Pada Sabtu pagi, Kota Pelabuhan Mariupol di Ukraina menghadapi serangan roket, yang menghantam satu pasar terbuka dan beberapa toko serta rumah di dekatnya dan merenggut banyak korban jiwa. Tayangan televisi memperlihatkan gedung dan mobil yang dilahap api.
''Jumlah korban jiwa akibat serangan roket itu telah naik jadi 30, sementara hampir seratus orang cedera, kata pemerintah setempat.