Senin 26 Jan 2015 01:14 WIB

Media Kanada: Charlie Hebdo Aneh dan Kekanak-kanakan

Rep: C16/ Red: Indira Rezkisari
Edisi Charlie Hebdo yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.
Foto: Reuters
Edisi Charlie Hebdo yang memicu kemarahan umat Muslim sedunia.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Penerbit surat kabar  terbesar Kanada, Toronto Star, John Cruickshank, menilai Charlie Hebdo sebagai majalah yang aneh dan kekanak-kanakan. Hal tersebut Cruickshank sampaikan terkait kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan majalah Charlie Hebdo sebagai balas dendam atas aksi penyerangan terhadap kantornya dan menewaskan beberapa jurnalisnya.

Meskipun memiliki posisi politik yang dapat menjamin kebebasannya secara fisik dan hukum, menurut Cruickshank, Charlie Hebdo tidak seharusnya menerbitkan kartun nabi Muhammad.  

"Semua jurnalis harus berdiri mendukung jurnalis Charlie Hebdo yang terbunuh dengan penuh solidaritas. Namun, tidak dengan misi dan nilai-nilai majalah tersebut yang terasa begitu asing dalam hal apapun, " ujar Cruickshank dikutip ROL, Senin (26/1).

Cruickshank mengatakan Toronto Star bisa saja menggunakan haknya untuk menerbitkan kembali kartun Nabi Muhammad milik Charlie Hebdo. Hal ini akan menunjukkan bahwa para teroris tidak bisa menakut-nakuti dan menahan media untuk berkreasi.  Namun, Toronto Star memilih untuk tidak melakukannya.

"Melakukan penghujatan karena alasan prinsip tampaknya tindakan aneh dan kekanak-kanakan," kata Cruickshank.

Cruickshank menjelaskan Kanada adalah salah satu negara yang paling religius di dunia dan lebih dari satu juta warga Kanada merupakan umat Muslim. Untuk itu, lanjut dia, Kanada sangat toleran terhadap keragaman agama.

"Kami tidak akan menerbitkan kartun Nabi Muhammad karena kami menghormati umat Muslim di Kanada. Kami tidak akan menyampaikan pesan bahwa keyakinan mereka kurang atau tidak dapat diterima seperti masyarakat lainnya. Kami tidak akan melakukannya karena bukan itu yang orang Kanada lakukan," tegas Cruickshank.

Cruickshank juga menegaskan ia akan bertindak sesuai hak seorang jurnalis untuk bebas berkarya dan berekspresi. Namun, ia tidak akan memanfaatkan kebebasan tersebut untuk melakukan pelanggaran moral.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement