REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Presiden Amerika Serikat, Barack Hussein Obama dan Perdana Menteri India, Narendra Modi mengumumkan rencana perdagangan nuklir miliaran dolar AS. Kesepakatan nuklir tersebut telah tertahan selama enam tahun di tengah kekhawatiran atas kewajiban India atas kecelakaan nuklir.
Seperti diberitakan BBC, Ahad (25/1), Modi mengatakan dua negara telah memulai sebuah perjalanan kerjasama baru dengan hubungan pertahanan dan perdagangan yang lebih kuat. Langkah tersebut diharapkan kian menguatkan kemitraan strategis Amerika dan India.
"Kami berkomitmen secara penuh mewujudkannya. Ini menjadi langkah penting yang menunjukkan kami bisa bekerja sama untuk meningkatkan hubungan. Pada akhirnya terserah kepada perusahaan, tetapi kedua pemerintahan telah sepakat," kata Obama dalam konferensi pers bersama dengan Modi, Ahad (25/1).
Duta Besar AS untuk India, Richard Verma mengatakan, perjanjian baru tersebut menyelesaikan perbedaan mengenai kewajiban perusahaan jika terjadi kecelakaan nuklir. Kesepakatan itu juga mengatur tuntutan AS dalam melacak keberadaan bahan yang disediakan untuk India.
Perjanjian nuklir antara AS dan India sebenarnya telah dilakukan pada 2008. Namun, AS khawatir mengenai kemampuan India mengatasi kecelakaan nuklir. Wakil penasehat keamanan nasional Obama, Ben Rhodes mengatakan India bertindak cukup baiki pada isu-isu tersebut untuk menjamin masalah kecelakaan nuklir diselesaikan.
Obama dan Modi berbicara di antara waktu makan siang dan jamuan makan malam. Selain perjanjian nuklir, keduanya juga menyepakati kerangka kerja 10 tahun ke depan. Hal itu mencangkup bidang pertahanan dan produksi bersama pesawat tanpa awak dan perlengkapan bagi pesawat angkut militer Lockheed Martin Corp's C-130. AS akan menjual lebih banyak perangkat keras militer kepada India.
"Kami telah menempa persahabatan. Ada keterbukaan saat kami berbicara," kata Modi.