REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Penggunaan ganja obat di Australia terbilang sangat tinggi. Sebuah studi terbaru menunjukan 1 dari 6 penderita sakit kronis dikategorikan melanggar hukum karena menggunakan ganja obat untuk mengatasi penyakit mereka.
Angka tersebut berasal dari survey yang melibatkan 1,500 penderita sakit kronis yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas New South Wales di Sydney.
Professor Michael Farrell, Direktur Pusat Riset Obat dan Alkohol, yang mengepalai penelitian ini mengatakan penggunaan ganja obat di Australia sangat tinggi. "Ini merupakan pertama kalinya kita mendapatkan temuan angka sebesar ini, dan temuan ini memberikan kita indikasi yang layak dijadikan dasar untuk memikirkan permasalahan ini," katanya baru-baru ini.
Konsumsi ganja masih dilarang dikebanyakan negara bagian dan teritori di Australia, namun demikian uji coba klinis dari penggunaan ganja sebagai obat akan segera berlangsung di NSW.
Sementara di Tasmania, beberapa pengguna ganja obat termasuk Wakil Walikota Break O'Day, Hannah Rubenach, telah menyuarakan gagasannya agar diperbolehkannya penggunaan ganja obat di negara bagian Tasmania.
Menteri Kesehatan Tasmania, Michael Ferguson mendukung ujicoba ganja obat di NSW namun menolak mendesak diperbolehkannya penggunaan ganja obat.
Anggota parlemen dari Partai Hijau, Cassy O'Connor menuding Ferguson tidak berpijak pada realitas.
"Apa yang terjadi di sini di Tasmania dan Australia adalah gerakan pembangkangan sipil besar-besaran di mana orang-orang yang memiliki kondisi kronis atau sekarat atau orang tua dari anak-anak dengan epilepsi yang memperoleh ganja obat secara ilegal hanya karena mereka tahu bahwa hal itu dapat meningkatkan kualitas diri sendiri atau orang yang mereka cintai, "katanya.
Namun Professor Farrell mengatakan sementara pengguna ganja obat mengaku mendapatkan manfaat namun bukti pendukungnya tidak jelas.
"Memang penting untuk mendengar orang-orang yang melaporkan bahwa mereka memperoleh manfaat dari ganja obat, tapi penting juga untuk tidak terlalu menekankan pada manfaat ganjanya saja, sehingga misalnya seseorang yang mungkin tidak pernah berniat menggunakan ganja akhirnya harus mengkonsumsinya hanya karena mereka pikir ganja dapat membantu sakit mereka," tuturnya.
Profesor Farrell mengatakan studi ini juga menemukan penderita sakit kronis yang menggunakan ganja berbeda dari mereka yang tidak.
"Ketika kita melihat ciri-ciri orang yang menggunakan ganja obat, kami menemukan bahwa mereka juga adalah orang-orang yang melaporkan tingkat kesakitan yang lebih tinggi dan mereka punya masalah yang lebih sulit," katanya.
"Mereka mengkonsumsi obat lebih banyak dan umur mereka lebih muda dan beberapa dari mereka memiliki riwayat penggunaan zat aditif lainnya."
Dalam pernyatannya, Ferguson mengatakan dirinya hendak melihat pendekatan kolaboratif antara negara bagian dan teritori mengenai ganja obat ini.
Oposisi di Tasmania mendesak agar ujicoba ganja obat sebagai langkah awal untuk memastikan penggunaan ganja obat dapat diresepkan oleh dokter.
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement