Selasa 27 Jan 2015 19:48 WIB

16 Tewas dalam Perayaan Revolusi Mesir

Rep: C15/ Red: Ilham
Warga Mesir menggelar demonstrasi dalam rangka perayaan Revolusi Mesir di Kairo pada Ahad (25/1).
Foto: EPA/Mohamed Kamel
Warga Mesir menggelar demonstrasi dalam rangka perayaan Revolusi Mesir di Kairo pada Ahad (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MESIR -- Peringatan Revolusi Mesir pada Minggu (25/1) mengakibatkan beberapa warga sipil menjadi korban. Revolusi Mesir dikenal sebagai hari dimana warga mesir mampu menggulingkan Husni Mubarak yang berkuasa secara otoriter.

Menteri Kesehatan, Hossam Abdel Ghaffar mengatakan, ada 16 orang tewas termasuk seorang polisi di seluruh negara bagaian Afrika Utara. Korban peringatan revolusi tersebut juga menyebabkan warga di Alexandria, Beheira, Kaior dan Minya serta Giza harus mengalami luka. Sebanyak 38 warga sipil dan lima polisi mengalami luka berat.

Anggota Ikhwanul Muslim sudah melarang adanya peringatan Revolusi tersebut. Polisi juga sudah mengambil langkah keamanan guna menjaga perdamaian di Mesir. Keamanan tingkat tinggi diberlakukan di lapangan utama negara dan gedung pemerintahan menjelang peringatan tersebut.

Di pusat Kota Kairo, puluhan aktivis sosialis memprotes pembunuhan aktivis politik Shaimaa el-Sabbagh melalui pawai yang mereka lakukan. Para pendukung El-Sabbagh meletakan karangan bunga di alun-alun Tahrir, tempat monumen Revolusi Mesir 2011.

Mesir menetapkan tanggal 25 Januari sebagai hari nasional Mubarak yang telah digulingkan empat tahun lalu. Harusnya, negara menunda perayaan tersebut mengingat pada hari yang sama Raja Arab Saudi tutup usia, namun pemimpin negara tak menundanya.

Sebagian besar warga mesir menolak merayakan hari 25 Januari tersebut. Mereka menilai hari itu merupakan hari pemberontakan rakyat atas perubahan dan demokrasi sementara. Sedangkan yang lain menggagapnya sebagai konspirasi untuk mengacaukan mesir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement