REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama bertemu dengan Raja Salman dari Arab Saudi untuk menghadiri pemakaman Raja Abdullah, Selasa (28/1).
Obama dan ibu negara Michelle Obama disambut langsung oleh Raja Salman dan band militer yang memainkan lagu nasional kedua negara. Delegasi pria Saudi berjabat tangan dengan Obama dan menganggukkan kepala kepada Michelle.
Kedatangan Obama tersebut juga untuk mengembangkan hubungan yang lebih baik. Keduanya membahas mengenai minyak hingga keamanan di kawasan Teluk Arab.
"Kadang kita harus menyeimbangkan kebutuhan kita untuk berbicara kepada mereka tentang isu hak asasi manusia dengan keprihatinan kita dalam hal melawan terorisme atau berurusan dengan stabilitas regional," ujar Obama kepada CNN sebelum mendarat di Riyadh.
Seorang pejabat AS mengatakan Raja Salman tidak menyatakan keberatan atas negosiasi yang dipimpin AS untuk membatasi program nuklir Iran. Pembicaraan tersebut adalah pembicaraan tingkat tinggi Salman pertama sejak kematian saudaranya Jumat lalu.
Tidak jelas apakah komentar Raja Salman pada pembicaraan nuklir menawarkan sedikit perubahan. Arab Saudi khawatir atas kemungkinan pembicaraan akan mengarah pada pemulihan hubungan antara Amerika Serikat dan saingan utama Saudi, Iran.
Raja mengatakan Iran seharusnya tidak diperbolehkan membangun senjata nuklir. Sebuah kesepakatan nuklir dengan Iran akan menjadi prestasi besar bagi warisan Obama.
Obama bergabung dengan Menteri Luar Negeri John Kerry dan rombongan pejabat yang telah lebih dulu tiba. Raja baru ini juga mengisyaratkan keberlanjutan kebijakan energi dengan eksportir minyak utama dunia. Keduanya membahas stabilitas pasar minyak, namun bukan harga minyak yang rendah saat ini.
"Dia hanya mengatakan mereka akan terus memainkan peran mereka dalam pasar energi global seperti yang telah mereka lakukan. AS juga tidak mengharapkan adanya perubahan dalam posisi Saudi. Pesannya adalah keberlanjutan dan komitmen menjaga peran tradisional," kata pejabat AS itu, dilansir dari AP.