REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya menentang gagasan pemerintahan otonom Kurdi di utara Suriah. Menurutnya, formasi tersebut akan menjadi masalah serius di masa depan.
Dilansir dari Al Arabiya, Rabu (28/1), Erdogan mengatakan kepada surat kabar Hurriyet, ia tak menginginkan adanya wilayah baru Kurdi seperti yang terjadi di Irak. "Kami tak ingin ada Irak baru. Apa ini? Irak utara." kata Erdogan.
Komentara Erdogan datang saat di tengah upaya milisi Kurdi mendorong kelompok Negara Islam Irak dan Suriahkelyar dari wilayah Kobane di perbatasan Suriah. Serangan Kurdi kala itu menjadi pukulan berat bagi ISIS, setelah berbulan-bulan pertempuran intensif.
Sementara itu Turki selama ini berjuang menghadapi pemberontahak Kurdi selama 30 tahun di wilayah tenggara. Mereka telah ragu-ragu bertindak di Kobane karena khawatir hal itu bisa memberi semangat pada pasukan Kurdi.
Erdogan di masa lalu mengatakan, negaranya tak akan mengizinkan kelompok teroris mendirikan kamp di utara Suriah dan menjadi ancam bagi Turki. Ankara selama ini menyebut Partai Pekerja Kurdistan (PKK) sebagai pemberontak dan organisasi teroris. Mereka melihat Partai Uni Demokratik Kurdi Suriah (PYD) sebagai cabang dari PKK di Suriah.
Turki selama ini menolak ikut berperan kuat dengan koalisi pimpinan AS yang melakukan serangan udara pada ISIS. Hal ini mendorong Kurdi menghadapi ISIS sendiri di jalan-jalan di wilayah mereka pada Oktober. Turki pun mengizinkan Peshmerga untuk datang ke wilayahnya membantu melawan ISIS.
Sementara itu lebih dari 30 orang tewas selama bentrokan dua hari di wilayah tenggara yang mayoritas merupakan warga Kurdi. Kontribusi minim Turki untuk koalisi memungkinkan kontingen Kurdi Irak, Peshmerga, membantu Kurdi Suriah melawan ISIS.