REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahasiswa Australia yang terjun dalam proyek pembuatan PetaJakarta.org ini diseleksi terlebih dahulu di UoW. Selanjutnya mereka dikirim ke Jakarta selama dua minggu untuk terjun langsung ke lapangan, mengoleksi data GPS dari lokasi banjir, berbicara kepada penduduk setempat dan mengamati dampak banjir terhadap kehidupan mereka.
“Di Jakarta, tanah berubah dengan cepat. Saluran air tak bisa diprediksi, kita tak tahu apa yang ada di dalamnya. Intensitas curah hujan juga sama sekali berbeda karena adanya perubahan iklim, kota ini benar-benar kompleks,” terang Dr Etienne Turpin baru-baru ini.
Tapi itulah, yang menurut Etienne, menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa Australia untuk bergabung dalam proyek ini.
Bagi para mahasiswa sendiri, terjun langsung ke daerah banjir di Jakarta memberi mereka wawasan baru dan tentunya pengalaman berkesan yang tak mungkin mereka dapatkan di kampung halaman. “Ada beragam alasan mengapa banjir terus ada di daerah yang sama, selama berulang-ulang. Banyak orang di daerah banjir tak bisa menyewa atau membeli rumah di pemukiman pemerintah, jadinya mereka tertahan di situ, karena itu adalah satu-satunya cara bagi mereka untuk bertahan ,” kemuka Chelsea Flood, mahasiswa ilmu biologi.
“Mentalitas juga berperan. Mereka tak mau melepaskan rumah mereka dan berat meninggalkan tempat yang mereka tinggali selama ini,” tambahnya.
Sementara bagi Vivian Pham, mahasiswa teknik sipil, dengan datang langsung ke tempat kejadian, masalah infrastruktur bisa diperbaiki secara komperehensif. “Ada hubungan manusia yang bisa kita amati dengan terjun langsung, dan ini penting, terutama kalau kita belajar teknik. Karena di dalam kelas, kita tak bisa mendapat pengalaman seperti ini,” akunya.
Kerja sama yang dijalin dengan mahasiswa Universitas Indonesia selama masa tinggal mereka di Jakarta juga memberi kesan tersendiri.
“Mereka memberi perspektif berbeda, mereka tahu banyak tentang Jakarta dan kami tidak, itu yang membantu penelitian kami di sini. Sangat bermanfaat untuk bisa melihat banyak pandangan dan metodologi yang bisa digunakan dalam penelitian ini,” utara Tim.
Kejadin unik-pun tak luput dialami para mahasiswa ini sewaktu berinteraksi dengan warga lokal. Seperti yang dialami Matt.“Oya, lucu sekali waktu saya melihat ada ibu-ibu hamil meminta Matt mengusap-usap perutnya dan ia juga memencet hidung Matt berulang-ulang, katanya supaya anaknya nanti punya hidung mancung seperti Matt,” kisah Vanessa sambil tergelak menatap Matt.
Selain membantu BPBD dalam proyek ini, para mahasiswa Australia juga mempresentasikan hasil kerja mereka di Jakarta di hadapan Kementerian Luar Negeri Australia di Canberra.