Kamis 29 Jan 2015 14:18 WIB

Korut Minta Uang dan Makanan Sebagai Syarat Dialog pada 2009

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
Bendera Korut/ilustrasi
Foto: mega-flags.com
Bendera Korut/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Il berulang kali mendorong diadakannya pertemuan tingkat tinggi dengan Korea Selatan (Korsel) sebelum kematiannya. Namun, rencana itu gagal karena Korut meminta uang tunai 10 miliar dolar AS dan setengah juta ton makanan pada 2009 sebagai syarat digelarnya pembicaraan pada 2009.

Hal tersebut diungkapkan mantan presiden Korsel Lee Myung-bak dalam memoarnya, Kamis (29/1). Namun, dia menolak memenuhi permintaan Korut itu.

Pendahulunya, Kim Dae-jung menggelar pertemuan tingkat tinggi pertama dengan pemimpin Korut Kim Jong Il pada 2000. Selama periode itu hubungan kedua Korea menghangat.

 

Namun, kerja sama yang terjalin juga menjadi sumber kritik di Korsel. Kalangan konservatif mengatakan “kebijakan cerah” Korsel yang memberikan bantuan ekonomi kepada Korut dengan sejumlah syarat mendukung pengembangan nuklir dan rudal Korut.

 

Lee, seorang konservatif yang mengakhiri satu dekade kekuasaan liberal di Korsel pada 2008, lantas menghentikan bantuan itu dan menolak menerapkan pendekatan serupa dalam pertemuan tingkat tinggi kedua pada 2007. Tindakannya menuai kecaman publik di Korut. Media pemerintah Korut menyebutnya “tikus” dan “pengkhianat”.

 

Pernyataan Lee tersebut tertuang dalam buku yang akan diluncurkan pekan depan.

"Dokumen itu terlihat seperti semacam undang-undang konferensi tingkat tinggi berisi daftar bantuan yang harus kami sediakan dan jadwalnya juga tertera di sana," kata Lee.

Dokumen yang ia maksud adalah daftar dari Korsel berisi syarat untuk diadakannya pertemuan. Syarat yang diajukan antara lain 400 ribu ton beras, 100 ribu ton jagung, 300 ribu ton pupuk dan 10 miliar dolar AS yang akan digunakan Korut untuk mendirikan sebuah bank.

"Kita tidak seharusnya tawar-menawar untuk pertemuan," ujar Lee.

 

Lee yang menjabat hingga 2013 mengatakan kebijakan murah hati Korsel terhadap Korut dihentikan karena Korut mengalihkan bantuan untuk pengembangan nuklir dan roket. Korut juag dinilai kerap memprovokasi Korsel.

Penerus Kim Dae-jung, Roh Moo-hyun bertemu Kim Jong Il dalam pertemuan tingkat tinggi kedua pada 2007. Kim Jong Il terus menekan agar digelar pertemuan sebelum dia meninggal pada akhir 2011.

Pertemuan tidak terjadi karena dia menolak mengakui telah menyerang kapal Angkatan Laut Korsel dengan torpedo pada 2010. Insiden kapal Cheonan itu menewaskan 46 pelaut. Korsel menuduh Korut berada di balik serangan itu.

 

Tidak lama setelah dia dilantik, hubungan antara kedua Korea mengalami peningkatan ketegangan. Seorang tentara menembak mati seorang wisatawan Korsel di Korut pada 2008. Korut juga meluncurkan roket jarak jauh dan uji coba nuklir pada 2009.

 

Lee mengatakan salah satu pejabat Korut yang melakukan lawatan ke Korsel Kim Ki Nam mengatakan kepadanya Kim Jong Il mengatakan tidak susah bagi kedua Korea untuk bertemu kembali jika perjanjian yang ditandatangani pada pertemuan 2000 dan 2007 dilakukan kembali.  Lima hari setelah pertemuan tersebut, Korut meminta bantuan dalam jumlah yang besar.

 

Di sela-sela konferensi regional di Beijing pada Oktober 2009, Lee mengatakan Perdana Menteri Cina Wen Jiabao mengatakan Kim Jong Il telah mengirim pesan dia menginginkan dialog. Lee menyatakan bersedia, tapi dia tidak mau membayar apapun dan ingin persoalan nuklir dimasukkan dalam agenda.

Presiden Korut saat ini Kim Jong Un dan Presiden Korsel Park Geun-hye mengatakan bulan ini mereka terbuka untuk melakukan pertemuan.

 

Selain mengungkapkan mengenai syarat pembicaraan Korut untuk menggelar dialog, memoar Lee juga menguak fakta pejabat intelijen senior Korsel dan Korut melakukan kunjungan rahasia ke negara masing-masing untuk menggali kemungkinan pertemuan pada 2010. Lee mengatakan utusan Korut yang mengunjungi Seoul tahun itu dieksekusi di depan umum setelah kembali ke Korut.

 

Memoar tersebut muncul di publik setelah kedua negara memunculkan gagasan kemungkinan akan menggelar pertemuan. Jika terjadi, pertemuan itu, , meski kemungkinan itu sangat rendah, akan menjadi pertemuan ketiga sejak dua Korea terbelah 70 tahun lalu.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement