Kamis 29 Jan 2015 14:23 WIB

Takut Ketinggalan Negara Lain, AS Tingkatkan Pengembangan Senjata

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Julkifli Marbun
Tentara AS (ilustrasi)
Tentara AS (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Wakil Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Work mendesak sekutu NATO untuk mengembangkan dan membuat lebih banyak senjata inovatif, Rabu (28/1).

Ia mengatakan aksi tegas diperlukan agar tidak ketinggalan perkembangan senjata di Cina, Rusia, dan negara lainnya.Menurutnya, Pentagon memiliki rencana baru yang disebut 'Inisiatif Pertahanan Inovatif'.

''Kita harus berkoordinasi dan berkolaborasi untuk menghindari duplikasi, tetap berpengaruh dan mendorong inovasi dalam teknologi, konsep, ekperimen dan wargaming,'' kata Work dalam konferensi pers.

Anggota NATO sebelumnya telah berjanji akan mengalokasikan dua persen dari pengeluaran nasional untuk bidang pertahanan. Work mengatakan janji tersebut harus segera dipenuhi.

Dalam rangka misi investasi program senjata baru, tambah Work, maka AS harus berkolaborasi dengan sekutu NATO, Asia dan area lain.Panglima Tertinggi Sekutu Transformasi NATO, Jenderal Prancis Jean-Paul Palomeros mengamininya.

Ia mengatakan pada konferensi bahwa NATO sedang melihat pendekatan yang inovatif, termasuk peningkatan pelatihan dan latihan yang lebih sering.

Work mengatakan ia sangat peduli dengan perkembangan pertahanan negara lain sehingga Amerika perlu meningkatkan rencana pendanaan Pentagon pada 2016.

Ia tak memberi penjelasan kemana saja alokasi dana diberikan.Namun, tambahnya, akan ada investasi signifikan untuk senjata nuklir, kemampuan kendali luar angkasa, sensor mutakhir, pertahanan misil dan siber, kendaraan bawah laut tanpa awak, senjata serang kecepatan tinggi, mesin jet baru, laser energi tinggi dan teknologi senjata selusur.

Pembeli senjata Pentagon, Frank Kendall mengatakan pada House Armed Services Committee bahwa ia sangat konsen pada investasi tinggi yang dilakukan Cina, Rusia dan negara lain dalam persenjataan. Menurutnya, hal itu dilakukan untuk mengungguli kemampuan militer AS dalam pesawat pembawa dan satelit.

''Saya sangat peduli dengan kemungkinan menurunnya superioritas teknologi militer AS,'' kata Kendall. Menurutnya, AS sangat beresiko tertinggal dan situasi sedang memburuk.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement