REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Serangan rudal Hizbullah dilaporkan telah menewaskan dua tentara Israel di sepanjang perbatasan Lebanon pada Rabu (28/1). Serangan itu diyakini sebagai balasan Hizbullah atas tewasnya enam pejuangnya dan seorang jenderal Iran yang dihantam rudal Israel pada pekan lalu.
Ketegangan Israel-Libanon yang terus meningkat beberapa hari terakhir menjadi yang terparah sejak perang pada 2006 lalu. Kedua belah pihak menjadikan melindungi warganya sebagai alasan untuk memulai perang.
"Ini adalah pertarungan yang sangat halus, karena kedua belah pihak ingin merespon cukup keras bahwa mereka tidak ingin dianggap lemah, dan tidak terlalu sulit untuk memulai perang," kata Benedetta Berti, Lembaga Studi Keamanan Nasional Israel, seperti dilansir New York Times, Kamis (29/1).
Hizbullah, gerakan Syiah Lebanon yang didukung oleh Iran, telah berada di bawah tekanan kuat untuk kembali fokus pada misi utama memerangi Israel setelah dua tahun membantu memerangi pemerintah Suriah dari kelompok pemberontak.
Di Libanon, beberapa ahli mengatakan serangan Hizbullah tampaknya dirancang untuk memaksimalkan publisitas agar menyenangkan Iran. Seorang diplomat Barat menyatakan serangan tersebut diyakini sebagai jawaban Hizbullah bahwa mereka mampu menanggapi tantangan yang diajukan Israel.