REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Salah satu sandera tewas dalam drama penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe bulan lalu Katrina Dawson (38 tahun) tewas karena sedikitnya satu peluru polisi yang memantul. Peluru polisi juga melukai tiga sandera lainnya.
Konsul yang mendampingi petugas koroner negara bagian New South Wales, Jeremy Gormly mengatakan Dawson tertembak enam fragmen peluru polisi atau peluru polisi, dengan satu peluru menembus pembuluh darah utama.
"Saya tidak akan menjelaskan dengan detail apa yang terjadi pada Dawson, tapi satu fragmen menembus pembuluh darah utama dan dengan cepat dia kehilangan kesadaran dan meninggal tidak lama kemudian," ujar Gormly saat membuka laporan pemeriksaan resmi, Kamis (29/1).
Media Australia awal bulan ini mengindikasikan Dawson, ibu tiga orang anak, tewas setelah fragmen peluru polisi menembus jantung dan bahunya.
Polisi menyerbu kafe tersebut pada 16 Desember dan mengakhiri 17 jam penyanderaan yang dilakukan Man Haron Monis setelah dia menembak mati manajer kafe Tori Johnson (34).
Gormly mengatakan Johnson dieksekusi setelah diperintahkan berlutut dan ditembak dari belakang kepala tanpa peringatan dalam jarak dekat. Aksi tersebut disaksikan oleh penembak jitu polisi.
Monis yang menembakkan lima peluru dari senapannya tewas seketika setelah diterjang sejumlah peluru polisi dan serpihan peluru di kepala dan tubuhnya.
Pemeriksaan resmi itu dilakukan bersamaan dengan penyelidikan pemerintah untuk mengetahui bagaimana Monis bisa mendapatkan senjata dan dibebaskan bersyarat.
Dilansir dari BBC, Kamis (29/1), pemeriksaan resmi tersebut dilakukan untuk mengetahui bagaimana tepatnya tiga korban tewas dan apakah kematian mereka bisa dihindari.
Pembacaan laporan pemeriksaan juga akan menentukan apakah insiden penyanderaan itu layak disebut tindakan teror dan apakh krisis itu sebenarnya bisa ditangani dengan lebih baik.
Monis menyandera 18 orang di dalam kafe yang berada di kawasan bisnis Sydney, Martin Place. Polisi melakukan operasi besar dan menutup sebagian besar wilayah di pusat kota.
Monis menghadapi kasus 40 pelecehan seksual. Dia dinyatakan bersalah pada 2012 karena mengirim surat ancaman kepada delapan keluarga tentara Australia yang tewas di Afghanistan. Monis mengirim surat sebagai bentuk protesnya terhadap keterlibatan Australia di Afghanistan.
Gormly mengatakan penyelidik sejauh ini belum menetapkan apakah terjadi kontak antara Monis dengan kelompok ISIS sebelum penyenderaan.
Petugas koroner Michael Barnes mengatakan dia akan melakukan penyelidikan secepatnya karena kasus itu relevan dengan kondisi keamanan saat ini dan berdampak pada keamanan masyarakat luas.