REPUBLIKA.CO.ID, KINABALU -- Para menteri luar negeri ASEAN mengutuk kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis di Irak dan Suriah tanpa menyebutkan nama kelompoknya, termasuk penyanderaan dua warga Jepang.
"Kami mengutuk semua tindakan melanggar hukum yang membawa kehancuran, kekerasan dan teror dalam segala bentuk dan manifestasinya, termasuk pembunuhan barbar atas sandera Jepang dan penahanan lanjutan dari yang lain," bunyi pernyataan para Menlu ASEAN pada Rabu (28/1) di Kota Kinabalu, Malaysia.
Pernyataan itu juga mengatakan bahwa penting halnya untuk mengadili semua pelaku tindakan tercela tersebut dan menyerukan pembebasan seluruh sandera. Para menteri juga menyatakan dukungan dan solidaritasnya dengan pemerintah Jepang.
Para Menlu juga mengutuk dan menyesalkan kekerasan serta kebrutalan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi ekstremis dan kelompok-kelompok radikal di Irak dan Suriah yang dampaknya semakin menimbulkan ancaman bagi semua wilayah di dunia.
Menteri Luar Negeri Singapura K. Shanmugam mengatakan kepada wartawan mengenai penculikan Jepang,"Dunia telah mengutuknya, Dewan Keamanan PBB telah mengutuk dan ASEAN juga telah mengutuknya," ujarnya, seperti dilansir Japan Times, Kamis (29/1).
Shanmugam menambahkan bahwa ASEAN harus bersatu dan memastikan negara-negara ASEAN memilki kebijakan yang tepat, terkait permasalahan ekonomi yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan setiap rakyatnya.
Seorang pejabat Indonesia menambahkan,"Kita perlu menyuarakan pandangan kami karena ini (gerakan radikal) bukan ajaran Islam."Indonesia bersama Malaysia dan Brunei merupakan tiga dari sepuluh negara ASEAN penduduknya mayoritas Muslim.n