Senin 02 Feb 2015 13:22 WIB

Mesir Bebaskan Wartawan Al-Jazirah

Rep: Satya Festiani/ Red: Esthi Maharani
Jurnalis media asing di Kenya dan Nairobi melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedubes Mesir di Nairobi, Selasa (4/2), menyerukan pembebasan jurnalis Al-Jazeera Peter Greste dan rekan-rekannya yang ditahan oleh pemerintah Mesir.   (AP/ Ben Curtis)
Jurnalis media asing di Kenya dan Nairobi melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedubes Mesir di Nairobi, Selasa (4/2), menyerukan pembebasan jurnalis Al-Jazeera Peter Greste dan rekan-rekannya yang ditahan oleh pemerintah Mesir. (AP/ Ben Curtis)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Wartawan Al-Jazirah Inggris, Peter Greste, dibebaskan dari penjara di Mesir pada Ahad (1/1) lalu. Ia kemudian dideportasi ke negara asalnya, Australia, setelah lebih dari satu tahun mendekam di penjara. Namun, kedua temannya masih dipenjara.

Greste, Mohammed Fahmy dan Baher Mohammed ditangkap pada Desember 2013. Militer menuduh mereka bekerja sama dengan Ikhwanul Muslimin setelah digulingkannya Presiden Mohammad Mursi oleh militer pada 2013. Ketiganya mengaku hanya melakukan pekerjaan mereka sebagai wartawan.

Greste mengaku tidak percaya bahwa ia telah bebas. Namun, ia masih khawatir dengan nasib kedua temannya.

"Ia tidak bisa senang hingga kedua temannya bebas. Ia tidak akan menyerah hingga keduanya bebas," ujar kakak Greste, Andrew Greste, pada konferensi pers di Brisbane, Australia, Senin (2/2).

Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, mengatakan ia telah dihubungi oleh Peter Greste. Greste mengaku padanya bahwa ia ingin kembali ke keluarganya di Brisbane.

"Ia sangat ingin kembali ke keluarganya di Australia," ujar Bishop.

Bishop mengatakan bahwa pihaknya secepat mungkin menyiapkan kepulangan Greste.

Plt Direktur Al-Jazirah, Mostefa Souag, mengatakan pihaknya tidak akan tinggal diam hingga Baher dan Mohamed dibebaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement