REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Pertempuran antara tentara Myanmar dan pemberontak etnis setidaknya menewaskan 20 orang. Pertempuran ini terjadi di perbatasan bagian timur laut Cina.
Kementerian Informasi Myanmar mengatakan bahwa sembilan tentara dan 11 pemberontak telah tewas dalam beberapa bentrokan sejak Senin di Shan utara dan Kachin. Kelompok pemberontak The United Nationalities Federal Council (UNFC) mengonfirmasi bentrokan di dua tempat tersebut.
Namun, kelompok gabungan dari 11 kelompok pemberontak etnis ini mengumumkan jumlah korban tewas terdiri dari 30 tentara pemerintah dan empat anggota mereka. Pertempuran terjadi pasca UNFC mengirim surat pada Presiden Thein Sein untuk menandatangani kesepakatan kerjasama dengan mereka.
Dilansir Reuters, Kamis (5/2) Sekjen UNFC, Khu Oo Reh mengatakan kesepakatan itu adalah jalan untuk mencapai gencatan senjata nasional. "Ini bisa ditunda atau bisa menggagalkan proses," katanya. Ia berharap bisa menandatanganinya pada 12 Februari, yang merupakan perayaraan perdamaian 1947.
Sebenarnya, sebagian besar anggota UNFC telah mengadakan kesepakatan gencatan senjata dengan pemerintah. Khu Oo Reh mengaku khawatir pemerintah akan meluncurkan serangan lagi jika kesepakatan tak segera diloloskan.