REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Berseliwerannya jet tempur Yordania yang menghiasi langit Karak, sebuah kota yang terletak sekitar 120 km dari Ibu Kota Yordania, Amman, pada Kamis (5/1) kemarin tentu bukan menjadi pemandangan yang biasa bagi warga di wilayah tersebut.
Nama Karak sendiri mencuat ke permukaan menyusul tewasnya Pilot Yordania, Muath Al-Kasaesbeh, yang merupakan putra daerah Karak. Muath secara mengenaskan harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang sungguh tidak manusiawi, bakar hidup-hidup di dalam sangkar oleh ISIS.
Kehadiran jet tempur Yordania di Karak sengaja diberikan Yordania sebagai penghormatan bagi keluarga korban. Raja Yordania Abdullah II sendiri tanpa sungkan memberikan pelukan hangatnya kepada Ayah Muath, Safi Al-Kasaesbeh, saat mengunjungi kediamannya.
Kepada keluarga korban dan rakyat Yordania, Raja Abdullah II dengan tegas akan membalas kematian Muath. Sebelumnya, Yordania sendiri telah mempercepat eksekusi mati dua tahanannya yang terindikasi dengan kelompok teroris.
Sebuah pernyataan dari angkatan bersenjata Yordania mengatakan puluhan jet telah dikerahkan dalam serangan yang menargetkan gudang senjata dan kamp-kamp pelatihan milik ISIS.
Saksi mendengar bahwa raja memberitahu safi bahwa tentaranya akan membalas perlakuan ISIS kepada anaknya. Sebuah sumber keamanan mengatakan tentara Yordania telah mencapai target di provinsi timur Deir al-Zor serta dekat Raqqa yang didiami militan ISIS.
"Ini adalah awal pembalasan kami setelah pembunuhan mengerikan dan brutal kepada pilot muda pemberani, tapi itu bukan awal perang kami melawan terorisme dan ekstremisme," kata Menteri Luar Negeri Yordania Nasser Judeh dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Kamis (5/1).
Televisi pemerintah menayangkan rekaman saat sejumlah jet tempur Yordania lepas landas dalam operasi melawan ISIS dan juga menyiarkan sejumlah pemboman ke arah yang diduga sebagai gudang senjata dan kamp-kamp pelatihan ISIS.
"Kita akan mengejar mereka dengan segala sesuatu yang kita miliki," sambungnya.
Sementara itu, seorang pejabat AS yang namanya tidak ingin disebutkan mengatakan bahwa Pesawat militer AS telah menyediakan intelijen, pengawasan serta pengintaian dan dukungan kepada Yordania. Sebelumnya, Presiden AS Barack Obama telah menyatakan bahwa pasukan koalisi yang dipimpinnya itu akan meningkatkan intensitasnya dalam melawan ISIS.
Pejabat itu juga mengatakan, serangan difokuskan pada beberapa sasaran di sekitar Raqqa. Komandan militer juga menjelaskan misi Raja Abdullah II dalam serangan terhadap ISIS.
Raja Abdullah II telah bersumpah untuk membalas pembunuhan Muath dan memerintahkan komandan militernya untuk mempersiapkan pasukannya. Meski begitu, banyak dari warga Yordania yang meminta sang raja untuk mempertimbangkan kembali keterlibatannya bersama pasukan koalisi, karena bisa memicu dampak negatif seperti yang terjadi pada Muath.
Yordania sendiri merupakan sekutu utama AS dalam perang melawan kelompok-kelompok Islam militan, dan menjadi tuan rumah bagi pasukan AS dalam operasi invasinya ke Irak pada 2003.
Negara ini juga menjadi rumah bagi ratusan pelatih militer AS dalam memperkuat pertahanan di perbatasan Suriah dan Irak. Televisi pemerintah menunjukkan wajah muram Raja Abdullah II saat duduk di samping kepala militer dan pejabat senior saat mengunjungi keluarga suku Kasaesbeh di Aya, sebuah desa yang terletak sekitar 100 km (60 mil) selatan ibukota, Amman.
Raja bertemu dengan kerumunan warganya yang bersorak-sorai dengan teriakan "Hidup mulia raja, hidup raja." Ribuan warga Yordania berbondong-bondong untuk memberikan penghormatan. Suku berpengaruh di kawasan itu merupakan pilar penting dalam dukungan untuk monarki Hashemite dan memasok pasukan militer dan keamanan dengan tenaga kerja.
"Kamu adalah raja yang bijaksana. Penjahat ini melanggar aturan perang dalam Islam dan mereka tidak memiliki kemanusiaan," ujar Safi Al-Kasaesbeh kepada sang raja.