Jumat 06 Feb 2015 20:40 WIB

Ratu Rania Bergabung dengan Massa Kenang Pilot yang Dibunuh ISIS

Ratu Rania mendatangi keluarga Kassasbeh, pilot Yordania yang dibunuh ISIS, untuk menyampaikan rasa duka citanya.
Foto: Reuters
Ratu Rania mendatangi keluarga Kassasbeh, pilot Yordania yang dibunuh ISIS, untuk menyampaikan rasa duka citanya.

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN - Ratu Rania bergabung dengan ribuan orang yang berkumpul setelah shalat siang hari di ibu kota negara Yordania, Jumat (6/2), untuk menyatakan solidaritas mereka terhadap pilot Yordania yang dibunuh oleh kelompok Negara Islam (IS).

Dengan mengenakan pakaian hitam serta selendang kotak-kotak berwarna merah dan putih di bahunya, Ratu Rania bergabung dengan massa yang berjalan kaki dari masjid Al-Husseini ke Taman Palem, yang jauhnya sekitar satu kilometer. Ratu isteri Raja Abdullah II itu tidak menyampaikan pidato pada pawai tersebut.

Adapun massa yang berjalan melantunkan "Kita semua Maaz," mengacu kepada pilot bernama Maaz al-Kassasbeh, serta "Kita semua warga Yordania."

Poster-poster juga diacung-acungkan tinggi, bertuliskan "Ya untuk hukuman. Ya untuk pengentasan terorisme."

Pada Kamis, pasangan kerajaan itu mendatangi keluarga Kassasbeh untuk menyampaikan rasa duka cita mereka. Keluarga sang pilot itu sendiri telah meminta pemerintah untuk "menghancurkan" para pejihad.

Kassasbeh ditawan oleh IS pada Desember lalu setelah pesawat tempur F-16 yang diterbangannya jatuh di Suriah saat menjalankan misi koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk menyerang kelompok garis keras Suni itu. Kematian Kassasbeh menimbulkan kesedihan dan kemarahan yang mendalam di Yordania.

Pada November, Ratu Rania -yang kelahiran Palestina- meminta bantuan serangan udara pimpinan AS terhadap IS, dengan mengatakan bahwa masa depan Timur Tengah dan Islam sedang dipertaruhkan. "Sikap diam kita merupakan hadiah terbesar bagi IS, yang telah menguasai banyak wilayah di Irak dan Suriah," katanya dalam sebuah pertemuan puncak media di Abu Dhabi. "Kita terlibat dalam keberhasilan mereka."

Ia mengatakan pertempuran berlangsung jauh di luar medan pertempuran serta antara kalangan moderat dan garis keras di seluruh dunia.

"Untuk menang juga tergantung pada kemampuan kita untuk menguasai medan pertempuran filosofi karena jantung serangan ini adalah sebuah ideologi," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement