Sabtu 07 Feb 2015 23:08 WIB

Pembicaraan Damai Ukraina Berlangsung Tertutup

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
Ukraina
Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel melakukan pembicaraan damai yang konstruktif dan substansial, Jumat (6/2).

Ketiganya berbicara selama lebih dari empat jam di Moskow. Hollande dan Merkel membawa rincian rencana damai yang tidak akan dibuka ke publik.

Seperti diberitakan BBC, Jumat, tidak ada konferensi pers bersama atau pernyataan dari Rusia, Jerman dan Prancis setelah pertemuan. Usai pertemuan, Merkel dan Hollande langsung menuju bandara.

Pernyataan dari pejabat ketiga negara telah dikoordinasikan. Di Moskow, Paris dan Berlin mereka menjelaskan pembicaraan berlangsung substantif dan konstruktif. Mereka menggarisbawahi ketiga pemimpin beserta presiden Ukraina Petro Poroshenko akan melakukan pembicaraan telepon pada Ahad.

Para pejabat ketiga negara mengatakan pekerjaan mengerjakan cetak biru kesepakatan akan dilanjutkan. Cetak biru itu hasil inisiatif Prancis dan Jerman dan akan ditambah dengan proposal dari Poroshenko dan Putin.

Hanya sedikit rincian yang dibeberkan di masyarakat. Menurut BBC, hal ini menandakan negosiasi akan berlangsung serius tanpa retorika dan tidak diekspos ke publik. Hal ini juga berarti masyarakat tidak tahu apa yang ketiganya bicarakan.

Rencana damai yang dibawa Hollande dan Merkel ke Moskow dibuat bersama pemerintah Ukraina pada Kamis. Juru bicara Presiden Putin Dmitry Peskov mengatakan setelah pembicaraan Jumat akan dilanjutkan dengan mengerjakan dokumen bersama.

Sebelumnya, Hollande mengatakan tujuan pembicaraan damai bukan hanya gencatan senjata, tapi kesepakatan komprehensif. Namun, Merkel mengatakan kemungkinan itu sangat terbuka.

Pertanyaan besar yang harus dijawab dalam rencana damai meliputi jalur gencatan senjata, bagaimana menerapkannya dan status mendatang zona konflik. Rusia menyangkal terlibat langsung dalam konflik. Ukraina menegaskan seluruh Ukraina harus tetap bersatu.

Wakil Presiden AS Joe Biden menuduh Rusia terus meningkatkan konflik dan menghiraukan setiap perjanjian. Berbicara di Brussels, dia menuduh Putin terus menggunakan rencana damai baru sebagai alat menuju wilayah pinggiran Ukraina.

"Rusia tidak boleh diizinkan menggambarkan peta baru Eropa," ujar dia.

Rusia dituduh mempersenjatai kelompok separatis proRusia. Rusia juga menolak klaim Ukraina dan Barat yang mengatakan tentara Rusia bertempur bersama separatis di Donetsk timur dan kawasan Luhansk.

PBB mengatakan peperangan tersebut telah menewaskan hampir 5.400 orang sejak April. Gencatan senjata September lalu yang ditandatangani di Minsk, Belarusia gagal menghentikan kekerasan. Sejak saat itu separatis justru berhasil menguasai wilayah lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement