REPUBLIKA.CO.ID,
KAIRO-- Mesir membekukan liga sepakbola Mesir setelah sedikitnya 25 orang tewas dan puluhannya terluka dalam insiden kerusuhan pada Ahad (8/2). Pejabat mengatakan pihak berwenang juga telah diperintahkan melakukan penyelidikan terkait bentrokan antara polisi dan pendukung garis keras (ultras) klub Zamalek, Ksatria Putih.
Al Jazeera melaporkan korban tewas mencapai 40 orang. Kerusuhan terjadi menjelang pertandingan antara klub Mesir Zamalek dan ENPPI di Stadion Pertahanan Udara di timur Kairo. Menurut saksi mata, kerusuhan meletus setelah polisi berusaha mendirikan barikade dan membubarkan para penggemar sepakbola dengan gas air mata.
"Polisi berada di depan dan di belakang gerbang. Mereka menembakkan gas air mata. Hal ini menyebabkan kepanikan dan orang-orang jatuh saling tindih," ungkap salah satu penggemar.
Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan bentrokan terjadi setelah pendukung Zamalek mencoba masuk ke dalam stadion tanpa membeli tiket. Kementerian saat itu berencana membiarkan hanya 10 ribu penggemar yang memasuki stadion yang berkapasistas 30 ribu orang itu.
Kerusuhan mematikan dalam sejarah sepakbola bukan kali ini saja terjadi di Mesir. Pada 2012 terjadi bentrokan antara pendukung tim Al-Masry dan Al-Ahly di Port Said. Kerusuhan itu tercatat sebagai salah satu yang paling mematikan dalam sejarah sepak bola di seluruh dunia sejak 1996. Bentrokan menewaskan 74 orang, yang sebagian besar merupakan penggemar Al-Ahly.