REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS-- Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan pemerintahnya telah melakukan kerjasama tak langsung dengan koalisi pimpinan Amerika Serikat. Namun, ia menegaskan hanya berbagi informasi mengenai serangan dan bukan melakukan dialog.
Assad mengatakan pada BBC, Selasa (10/2), pemerintahnya telah melakukan kerjasama sejak serangan udara dimulai September lalu. Menurutnya, kerjasama itu sebatas penyampaian informasi, itupun melalui pihak ketiga, yakni Irak.
Awalnya banyak negara koalisi pimpinan AS menolak bekerja sama dengan Assad. Namun, perebutan sejumlah wilayah Suriah dan Irak oleh ISIS tahun lalu, memaksa mereka mempertimbangkan kerjasama dengan Assad untuk memerangi kelompok itu. Meski bekerja sama, Assad menolak bergabung dengan koalisi internasional pimpinan AS.
"Tidak, pastinya kita tak bisa dan tak mau karena satu alasan sederhana, kita tak bisa bekerjasama dengan negara-negara yang mendukung terorisme," ujar Assad.
Ia tak memberi rincian, tapi selama ini ia menyebut oposisi sebagai teroris. Assad menekankan ia tak menentang kerjasama melawan ISIS dengan negara lain. Tapi ia menolak berdialog dengan para pejabat AS.
Dia juga menolak upaya AS untuk melatih dan melengkapi persenjataan pasukan oposisi demi melawan ISIS. Ia berpendapat tak ada kelompok moderat, yang ada hanya ekstremis ISIS dan kelompok al-Nusra yang berafiliasi dengan Alqaidah.
Selama ini Assad mendapat kecaman dunia internasional, terutama AS, atas tuduhan menjatuhkan bom barel tanpa pandang bulu hingga menewaskan ribuan warga sipil. Assad menepis tuduhan itu sebagai 'cerita yang kekanak-kanakan'.
"Kami memiliki bom, rudal, peluru. Tapi tak memiliki bom barel, kami tak memiliki barel," katanya.