REPUBLIKA.CO.ID, QUEENSLAND -- Para peneliti mengungkapkan, meningkatnya jumlah serangan hiu di Australia bisa mencerminkan sebuah permainan angka sederhana – yakni semakin banyaknya manusia yang lebih sering bermain di pantai.
Seorang peselancar Jepang berusia 41-tahun meninggal dunia di wilayah Ballina, negara bagian New South Wales, pada Senin (9/1). Ini adalah kematian kelima akibat serangan hiu di Australia dalam 12 bulan terakhir, dua kejadian di antaranya terjadi di NSW.
Dr Daniel Bucher, dosen senior bidang biologi kelautan dan perikanan di Southern Cross University, Queensland mengatakan, tren menunjukkan adanya penurunan jumlah hiu secara keseluruhan. "Pada tahun 1990, jumlah populasi sebesar 17 juta , sekarang ada sekitar 23 juta. Jadi, secara umum, ada lebih banyak manusia, dan makin banyak pula yang bermain di dalam air," jelasnya baru-baru ini.
Perairan yang hangat di sepanjang pantai utara New South Wales dituding sebagai biang keladi atas munculnya aktivitas hiu di area tersebut, belakangan ini.
Meski demikian, Daniel mengatakan, sulit untuk memprediksi jika pola air hangat terus berlanjut karena perubahan angin, curah hujan dan arus laut yang konstan.
"Karena itu tergantung variabelnya, dan ada begitu banyak faktor lokal yang bermain sehingga akan sulit untuk memprediksi apa tren jangka panjang yang memmbuat pantai timur (menjadi) lebih hangat," katanya.
"Ini mungkin berarti bahwa kami melihat spesies tropis lebih sering,” tambahnya.
Daniel juga memperingatkan bahwa masyarakat harus berhati-hati akan asumsi jumlah hiu tanpa adanya data.
"Beberapa tahun yang lalu ada headline yang menyebut, helikopter dari Sydney telah melihat lebih banyak hiu pada tahun ini dibanding tahun lalu," terangnya.
Ia lantas menyambung, "Di bagian bawah (dari berita itu), mereka mengutip jam terbang helikopter, ternyata jam terbangnya lebih panjang di tahun kedua. Jika Anda membagi jumlah hiu dengan jumlah jam terbang helikopter, maka akan benar-benar terlihat kurangnya jumlah hiu per jam waktu terbang."