Rabu 11 Feb 2015 08:28 WIB

Rusia Bantu Mesir Bangun Pembangkit Listrik Nuklir

Rep: Gita Amanda/ Red: Yudha Manggala P Putra
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi
Foto: Reuters
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO-- Dalam kunjungannya di Mesir, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan akan membantu pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Mesir. Ini diungkapkan bersamaan dengan kesepakatan Rusia-Mesir untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan gas alam dan lainnya.

Dikutip Aljazirah Selasa (10/2), Putin dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan mereka akan menandatangani perjanjian pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir di Alexandria. Instalasi akan dibangun di situs nuklir yang berada di Dabaa, sebelah barat Alexandria. Di tempat tersebut riset untuk reaktor nuklir telah berdiri bertahun-tahun.

"Jika keputusan akhir tercapai, itu berarti bukan hanya membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, tapi berarti menciptakan seluruh industri atom baru di Mesir," kata Putin.

Meningkatkan pembangkit listrik memang telah menjadi prioritas Mesir. Mereka selama ini kekurangan pasokan yang membuat sering kali terjadinya pemadaman di kota-kota di Mesir selama musim panas. Hal ini memicu kemarahan rakyat Mesir.

Kepala perusahaan nuklir Rusia Rosatom, Sergei Kiriyenko, mengatakan akan dibangun empat reaktor untuk pembangkit listrik Mesir. Nantinya keempat reaktor tersebut masing-masing akan menghasilkan listrik sekitar 1.200 megawatt.

Di lain hal Sisi mengatakan, kedua negara menandatangani perjanjian penting lain seperti peningkatan investasi dan bisnis gas alam. Mereka juga membuat zona industri Rusia di sepanjang Terusan Suez, sebuah ekspansi yang menjadi proyek prioritas untuk presiden Mesir.

Mesir juga telah mengisyaratkan minat baru dalam pembelian senjata Rusia. Namun sejumlah pengamat mengatakan, transaksi pembelian senjata ke Rusia tak akan mungkin mengubah ketergantungan Kairo pada Washington, yang selama ini memberikan bantuan militer tahunan hingga 1,3 miliyar dolar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement