REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menyatakan dukungannya terhadap instalasi nuklir Mesir-Rusia. Syaratnya, Mesir harus memenuhi semua perjanjian yang telah ditandatangani dalam Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
Dilansir dari The Washington Post, Selasa (10/2), juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki mengatakan, instalasi nuklir yang akan dibangun Mesir dengan Rusia sudah beberapa kali dibahas. AS mendukung program nuklir damai tersebut.
"Kami mendukung program nuklir damai asalkan kewajiban Perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang ditandatangani Mesir sepenuhnya dipenuhi," kata Psaki pada wartawan.
Dalam kunjungannya di Mesir, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan akan membantu pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir pertama di Mesir. Ini diungkapkan bersamaan dengan kesepakatan Rusia-Mesir untuk meningkatkan kerjasama di bidang perdagangan gas alam dan lainnya.
Dikutip Al Jazeera, Selasa, Putin dan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi mengumumkan mereka akan menandatangani perjanjian pembangunan instalasi pembangkit listrik tenaga nuklir di Alexandria. Instalasi akan dibangun di situs nuklir yang berada di Dabaa, sebelah barat Alexandria. Di tempat tersebut riset untuk reaktor nuklir telah berdiri bertahun-tahun.
"Jika keputusan akhir tercapai, itu berarti bukan hanya membangun pembangkit listrik tenaga nuklir, tapi berarti menciptakan seluruh industri atom baru di Mesir," kata Putin.
Meningkatkan pembangkit listrik memang telah menjadi prioritas Mesir. Mereka selama ini kekurangan pasokan yang membuat sering kali terjadinya pemadaman di kota-kota di Mesir selama musim panas. Hal ini memicu kemarahan rakyat Mesir.
Kepala perusahaan nuklir Rusia Rosatom, Sergei Kiriyenko mengatakan akan dibangun empat reaktor untuk pembangkit listrik Mesir. Nantinya keempat reaktor tersebut masing-masing akan menghasilkan listrik sekitar 1.200 megawatt.