Kamis 12 Feb 2015 09:18 WIB

Kecam Kekerasan ISIS, Angelina Jolie Buka Pusat Perempuan di London

Rep: C84/ Red: Ilham
William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris diapit Pasangan Angelina Jolie dan Brad Pitt
Foto: AP
William Hague, Menteri Luar Negeri Inggris diapit Pasangan Angelina Jolie dan Brad Pitt

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Siapa tak kenal Angelina Jolie. Artis cantik kelahiran Los Angeles, Amerika Serikat (AS), ini merupakan salah satu artis Hoolywood papan atas yang telah membintangi sejumlah film seperti Lara Croft Tomb Raider, Salt, hingga Mr. & Mrs. Smith.

Dibalik gemerlapnya di dunia Hoolywood, artis berusia 39 tahun itu ternyata masih peduli dengan apa yang terjadi di sejumlah wilayah yang dilanda konflik.

Baru-baru ini, Istri Brad Pitt itu bersama mantan Menteri Luar Negeri Inggris William Hague secara resmi membuka Pusat Studi Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan di London’s School of Economics (LSE), Inggris pada Selasa (10/2), seperti dilansir Al Arabiya.

Bekerja sama dengan LSE dan pemerintah Inggris, pusat studi itu didirikan demi mengumpulkan pemikir, aktivis, pembuat kebijakan, para akademisi untuk bersama-sama menangani isu seperti pemerkosaan di medan perang. Mereka mendorong keterlibatan perempuan dalam ranah politik dan membawa pelaku kekerasan ke pengadilan.

Menurut pernyataan LSE, pusat perempuan juga akan memfokuskan pada partisipasi perempuan yang berkaitan dengan konflik. Jolie berharap adanya pusat studi ini membuat para bisa belajar demi masa depan yang lebih baik.

Sutradara film Unbroken ini menambahkan bahwa mahasiswa di Pusat studi perempuan pertama di Eropa ini mempunyai kesempatan untuk mengubah dunia. Berbicara pada acara pembukaan, Jolie mengatakan. "Sebagai mahasiswa, Anda akan memiliki kesempatan untuk menemukan cara dalam mengatasi masalah seperti ini."

"Jika Anda bertanya kepada saya untuk siapa pusat ini didirikan, saya membayangkan seseorang yang tidak berada di ruangan ini hari ini," ujar Jolie, seperti dikutip The Guardian.

"Saya memikirkan seorang gadis yang saya temui di Irak tiga minggu yang lalu. Dia berusia 13 tahun, tapi bukannya pergi ke sekolah, ia duduk di lantai di tenda darurat," sambungnya.

Gadis itu dilaporkan ditangkap ISIS sebagai budak seks. "Sekarang dia mungkin tidak akan pernah bisa menyelesaikan pendidikannya, atau menikah atau memiliki keluarga, karena dalam masyarakatnya korban perkosaan akan dijauhi dan dianggap memalukan. Menurut saya, apa yang telah kita mulai hari ini di LSE adalah untuk gadis Irak dan gadis-gadis lain sepertinya," sambung ibu dari Shiloh Nouvel Jolie-Pitt ini.

Jolie yang ditunjuk PBB sebagai duta Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) sejak 2001 itu sebelumnya berada di Irak Utara pada bulan lalu untuk bertemu dengan sejumlah pengungsi yang terpaksa mengungsi dari rumah mereka karena kekerasan yang dilakukan ISIS. Jolie juga bertemu dengan para pejabat setempat untuk mengetahui perkembangan terkini seputar konflik yang terjadi di wilayah tersebut.

Selama tiga tahun terakhir, Jolie dan Hague telah bekerja sama mencegah kekerasan terhadap perempuan di daerah konflik. Pusat studi yang didirikan di LSE ini merupakan kelanjutan dari organisasi pencegahan kekerasan seksual terhadap wanita (PSVI) yang dibentuk 2012, lalu.

Hague mengatakan, pusat studi ini akan memberikan fondasi akademik yang lebih besar untuk pekerjaan mereka, terutama pada masa ketidakstabilan sistemik. Ia juga menambahkan, kebrutalan seksual sering menjadi bagian tak terelakkan dari terjadinya perang.

"Kejahatan terhadap perempuan telah diberikan prioritas yang lebih rendah sepanjang sejarah," ujar Hague.

Oleh karena itu, ia mengajak para peserta untuk melakukan sesuatu dan mencoba memperbaiki kondisi kemanusiaan yang terjadi saat ini. Hague mengumumkan pemerintah Inggris akan memberikan $ 1,5 juta untuk pusat studi ini dan mengatakan telah mendapat banyak dukungan penuh termasuk dari Menteri Luar Negeri AS, John Kerry. Bertepatan dengan pembukaan pusat studi ini, Jolie dan UNHCR merilis dua film pendek tentang perempuan yang telah menderita akibat kebrutalan ISIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement