Kamis 12 Feb 2015 16:36 WIB

Ribuan Warga Yaman Demo Milisi Syiah Houthi

Ribuan warga Yaman mendemo milisi Houthi.
Foto: Reuters
Ribuan warga Yaman mendemo milisi Houthi.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Ribuan warga Yaman di ibu kota Sanaa dan kota Taiz pada Rabu (12/2), menggelar unjuk rasa terbesar untuk memprotes pengambilalihan kekuasaan oleh kelompok milisi syiah Houthi.

Ratusan orang di ibu kota berhadap-hadapan langsung dengan milisi Houthi yang tengah mengamankan sejumlah gedung pemerintahan. Anggota Houthi terlihat menembakkan senjata api ke udara dan mengacungkan pedang ke arah kerumunan.

Kelompok Houthi yang didukung oleh Iran menyebut pengambil-alihan kekuasaan yang mereka lakukan sebagai revolusi yang diperlukan untuk menghapus kemiskinan dan korupsi di Yaman. Namun demikian, sejumlah negara Teluk yang beraliran Sunni mengatakan bahwa tindakan Houthi adalah kudeta.

Yaman sendiri adalah negara sekutu Amerika Serikat dalam hal perang melawan teror kelompok Al Qaeda. Kekuasaan Houthi diperkirakan akan mengakhiri hubungan baik itu. Duta besar Amerika Serikat dan staf diplomatiknya telah meninggalkan Yaman pada Rabu setelah menghancurkan sejumlah senjata, komputer dan dokumen penting.

 

"Tindakan unilateral pada beberapa hari terakhir telah merusak transisi politik di Yaman dan memperbesar resiko kekerasan baru yang mengancam keselamatan warga Yaman dan komunitas diplomatik di sana," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Jen Psaki.

Prancis dan Inggris kemudian mengikuti langkah Amerika Serikat, sementara Jerman akan menghancurkan sejumlah dokumen sensitif terlebih dahulu sebelum menutup kedutaannya.

Menanggapi hal itu, anggota biro politik Houthi Abdul Malik al-Ijri, mengatakan bahwa penutupan sejumlah kedutaan "tidak bisa dibenarkan sama sekali. Pemerintahan dari negara-negara sahabat akan menyadari kebutuhan untuk berhubungan baik dengan Yaman berdasarkan prinsip saling menghormati."

Kelompok Houthi sebetulnya sudah menguasai Sanaa sejak September 2014 namun baru secara formal mengambil-alih kekuasaan pada pekan lalu. Saat ini Houthi tengah memperlebar daerah kekuasaannya ke selatan dan memunculkan kekhawatiran akan pecahnya perang saudara.

Wilayah selatan saat ini memang masih dikuasai oleh kelompok Sunni yang telah mempersenjatai diri sendiri dan dalam beberapa kasus bekerja sama dengan organisasi Al Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP).

AQAP adalah salah satu cabang jaringan Al Qaeda yang paling kuat dan telah berulangkali menyarang Houthi dengan bom. Di sisi lain, muncul dugaan bahwa pasukan Houthi saat ini mendapat kekuatan baru setelah sejumlah unit militer yang loyal terhadap mantan presiden Ali Abdullah Saleh memutuskan untuk bergabung.

Saleh adalah penguasa Yaman selama 33 tahun yang dinilai berhasil mendamaikan konflik kepenitingan antar kelompok suku bersenjata di negaranya. Dia menyebutnya sebagai menari di atas kepala ular-ular.

sumber : Antara/Reuters

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement