Senin 16 Feb 2015 01:35 WIB

Presiden Perempuan Kroasia Pertama Bertekad Bebaskan Negaranya dari Krisis

Kolinda Grabar-Kitarovic
Foto: Antonio Bronic/Reuters
Kolinda Grabar-Kitarovic

REPUBLIKA.CO.ID, ZAGREB -- Presiden perempuan pertama Kroasia, Kolinda Grabar-Kitarovic, diambil sumpah pada Ahad (15/2). Ia bertekad akan menghidupkan perekonomian negaranya yang bermasalah.

Mantan menteri luar negeri konservatif berusia 46 tahun, yang juga pernah menjadi pejabat NATO, itu mengalahkan pendahulunya yang beraliran sayap kiri, Ivo Josipovic, dalam pemilihan ulang pada Januari.

"Saya akan menjadi diplomat tertinggi ekonomi negara kita," katanya dalam pidato peresmiannya sebagai presiden.

Grabar-Kitarovic menyatakan tekad untuk melakukan yang terbaik untuk membuat Kroasia menjadi bangsa yang sejahtera. Dia berharap bergabungnya Kroasia dengan Uni Eropa sejak dua tahun lalu akan mendorong ekonomi negara kecil yang berpenduduk 4,2 juta orang itu.

Perekonomian Kroasia, yang diterpa resesi selama enam tahun, masih menjadi yang paling lemah di antara 28 negara anggota Uni Eropa. Pengangguran berada di angka 20 persen dan pemerintah memperkirakan pertumbuhan tahun ini hanya akan mencapai 0,5 persen.

Grabar-Kitarovic meminta rakyat untuk bersatu agar dapat menyelesaikan krisis. "Kita menghadapi keadaan yang mengharuskan kita memiliki konsensus nasional yang luas terkait masalah-masalah kunci. Tidak ada ruang ataupun waktu untuk pecah," katanya.

Upacara pelantikan ini dihadiri oleh ratusan warga Kroasia dan pejabat tinggi serta presiden sejumlah negara di kawasan, termasuk Perdana Menteri Serbia Aleksandar Vucic. Grabar-Kitarovic mengatakan Kroasia akan terus mendukung upaya negara-negara Balkan untuk menggabungkan diri dengan Uni Eropa dan NATO karena hal itu merupakan "kepentingan strategis" Kroasia.

Grabar-Kitarovic pernah menjadi menteri luar negeri dan hubungan Eropa dari 2003 hingga 2008. Ia pernah menjabat sebagai duta besar Kroasia untuk Amerika Serikat hingga 2011 sampai ia ditunjuk sebagai asisten sekretaris jenderal NATO.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement