REPUBLIKA.CO.ID, GAZA CITY -- Utusan Internasional untuk Timur Tengah, Tony Blair telah berkunjung ke Jalur Gaza dan kembali menyerukan pendekatan baru untuk mencari solusi perdamaian di wilayah tersebut. Pada kunjungan ini, mantan perdana menteri Inggris itu mengunjungi keluarga-keluarga Palestina yang masih berlindung di sebuah sekolah yang dikelola PBB .
Upaya rekonstruksi di Gaza sendiri menemui hambatan keras menyusul blokade Israel. Blair mengatakan beberapa negara donor belum menindaklanjuti komitmen pendanaan mereka. Blair mengatakan stagnasi dalam rekonstruksi adalah kejahatan.
Dia mengatakan, kondisi saat ini di Gaza akibat kebijakan seluruh masyarakat internasional yang selama bertahun-tahun telah membuat janji-janji yang tidak terpenuhi. "Gaza tidak boleh dipisahkan dari seluruh dunia atau dari sisa wilayah Palestina," katanya, dilansir AP.
Dia juga menyerukan perubahan radikal dari pendekatan Israel untuk membuka blokade di Gaza. "Sehingga rakyat Gaza benar-benar dapat membuka hubungannya ke dunia luar, dan agar orang-orang Gaza memiliki kebebasan bergerak dan serta dapat mendisitribusikan barang dan jasa demi kebutuhan ekonominya," lanjutnya.
Blair juga meminta Mesir untuk memfasilitasi keluar masuknya bahan bangunan untuk rekonstruksi di Gaza. Memanasnya wilayah perbatasan Mesir yang berbatasan dengan Gaza membuat pemerintah Mesir menutup akses perbatasan Rafah yang merupakan satu-satunya akses bagi rakyat Gaza dalam mendapatkan bahan bangunan serta pengobatan ke luar negeri.
"Jika kita membiarkan Gaza untuk tetap seperti itu, kita telah membuat kesalahan mendasar," kata Blair.