Senin 16 Feb 2015 17:33 WIB

Gunakan Teknologi Militer, Peneliti Australia Temukan Habitat Paus Biru

Red:
Para peneliti menggunakan teknologi solar terbaru untuk menemukan sekelompok besar paus biru di Antartika
Foto: University of Tasmania
Para peneliti menggunakan teknologi solar terbaru untuk menemukan sekelompok besar paus biru di Antartika

REPUBLIKA.CO.ID, ANTARTIKA -- Para ilmuwan di Laut Ross, lepas pantai Antartika, mengaku terkejut akan keberhasilan sistem sonar dalam melacak paus biru.

Dalam pelayaran 6 minggu, sejumlah peneliti Australia dan Selandia Baru menggunakan sistem sonar ‘sonobuoy’ untuk mencari dan melacak sekelompok paus di Samudera Selatan.

Pemimpin tim Divisi Antartika Australia, Dr Mike Double, mengatakan, timnya telah belajar banyak tentang perilaku dan habitat paus dengan menggunakan teknologi militer.

"Ini adalah perangkat yang biasanya digunakan untuk mencari kapal selam. Mereka (paus biru) mendengarkan suara dengan frekuensi rendah, sehingga alat ini bekerja sangat baik dengan paus biru, yang memiliki suara frekuensi rendah ini,” jelasnya baru-baru ini.

Ia berujar, "Dan kami benar-benar menemukan daerah yang sangat, sangat padat dengan paus biru."

Para peneliti telah menyempurnakan penggunaan sistem sonar ‘sonobuoy’ selama beberapa tahun dan benar-benar percaya diri ketika menggunakan teknologi ini pada pelayaran di tahun 2013.

Dr Mike mengatakan, teknologi itu membuktikan nilainya dalam perjalanan terbaru ini, memungkinkan timnya untuk mencari dan mengikuti sekelompok besar hewan terbesar di dunia tersebut.

"Kami mampu melacak dan menemukan sekelompok paus biru dari sekitar 12 hingga 15 ekor dengan menggunakan teknologi akustik, kemudian kami mengikuti kelompok besar itu secara visual, untuk beberapa waktu," ungkapnya.

"Hal yang luar biasa untuk melihat makhluk-makhluk besar ini berloncatan dan menimbulkan percikan air yang dahsyat," tambahnya.

Para ilmuwan juga memperoleh wawasan yang signifikan tentang ekosistem Laut Ross.

Dr Mike mengatakan, mereka menemukan bola-bola plankton, yang menjadi makanan paus biru, dalam jumlah yang relatif sedikit, tapi bolanya sangat padat.

Ia mengatakan, mereka juga memantau pemulihan populasi paus biru, yang sangat berkurang akibat penangkapan ikan paus di awal dan pertengahan era 1.900-an.

Para ilmuwan akan kembali ke Selandia Baru pada pertengahan Maret.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement