REPUBLIKA.CO.ID, LAHORE -- Ledakan mematikan menghantam kota timur Pakistan, Lahore, pada Selasa (17/2), yang selama ini menjadi basis kekuatan Perdana Menteri Nawaz Sharif. Insiden tersebut menewaskan sedikitnya delapan orang yang berada di luar pusat perbelanjaan dekat markas polisi di kota tersebut.
"Menurut laporan awal sebuah bom mobil, tapi kami masih menenyelidiki jenis ledakan," kata pejabat senior polisi Haider Ashraf pada kantor berita AFP.
Seperti dilansir Aljazirah, ledakan terjadi di basis kekuatan terbesar Perdana Menteri Sharif. Selama ini Lahore telah lolos dari sejumlah kekerasan terburuk yang melanda negeri tersebut, dalam satu dekade terakhir.
Ledakan terjadi beberapa hari setelah 22 orang tewas dalam serangan senjata dan bom bunuh diri, yang menyerang sebuah masjid kaum Syiah di kota barat laut Peshawar. Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) mengaku bertanggung jawab atas serangan, Jumat (13/2) lalu.
Pakistan selama ini telah meningkatkan perangnya melawan kelompok bersenjata, sejak Taliban membantai 150 orang di sebuah sekolah di Peshawar. Setelah pembantaian itu PM Sharif mengakhiri moratorium hukuman mati, dan mengeksekusi sejumlah militan yang ditahan.
Menurut TTP serangan Jumat dilakukan sebagai balasan atas eksekusi Dokter Usman, salah seorang anggota Taliban. Dalam klaim serangan Jumat, TTP bersumpah melanjutkan serangan mereka.