Rabu 18 Feb 2015 00:06 WIB

Mesir Serukan Intervensi Militer Internasional Terhadap ISIS

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
ISIS eksekusi mati 21 warga Mesir.
Foto: Theepochtimes.com
ISIS eksekusi mati 21 warga Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Senin (16/2) lalu, Mesir mulai melancarkan serangan balasannya ke kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Mesir juga menyerukan kepada Amerika Serikat dan Eropa untuk ikut melakukan intervensi militer internasional yang menargetkan ISIS.

Dilansir Reuters, Selasa (17/2) ini merupakan serangan udara pertama Mesir yang dilakukan secara terang-terangan ke Libya. Selama ini ISIS membangun kekuatan yang cukup besar di negara ini, di luar Suriah dan Irak.

Melalui radio pemerintah Mesir melakukan pengakuan publik pertamanya atas serangan ke Libya, yang telah kehilangan kontrol pemerintah sejak kejatuhan Moammar Gadhafi. Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi juga disebut-sebut sedang melobi Eropa dan Amerika Serikat, untuk ikut memberikan respon internasional yang terkoordinasi seperti kampanye serangan udara koalisi.

"Apa yang terjadi di Libya adalah ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional," kata Sisi.

Sisi telah berbicara dengan Presiden Prancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Italia Matteo Renzi, pada Senin, untuk membahas masalah ISIS di Libya. Ia juga mengutus menteri luar negerinya Sameh Syukri ke New York, untuk berkonsultasi di PBB menjelang pembukaan konferensi terorisme pada Rabu (18/2), di Washington.

Kantor Presiden Prancis mengatakan, Hollande dan Sisi telah menekankan pentingnya pertemuan Dewan Keamanan PBB. Mereka juga menyatakan, pentingnya masyarakat internasional mengambil langkah-langkah baru mengadapi bahaya ini.

Pejabat keamanan Mesir mengatakan, militer Mesir menggunakan pesawat jet tempur AS F-16 untuk menjatuhkan bom-bom ke sasaran ISIS di kota timur Darna, Libya. Serangan dilakukan sebagai balasan atas aksi pemenggalan yang dilakukan ISIS terhadap 21 orang penganut Kristen Koptik Mesir. Dalam video yang dirilisnya, ISIS menunjukkan anggotanya sedang memenggal 21 sandera tersebut di sebuah pantai yang diakui berada di Libya.

Pascapemenggalan warga Mesir di Libya oleh ISIS, Kementerian Luar Negeri Mesir mengatakan pihaknya telah melarang warga Mesir melakukan perjalanan ke Libya. Mereka juga telah mendirikan pusat bantuan dan berencana membawa pulang warga Mesir. Selama ini ribuan pengangguran di Mesir yang putus asa kerap mendatangi Libya untuk mencari pekerjaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement