Rabu 18 Feb 2015 08:04 WIB
Imlek

Petasan Ramah Lingkungan dari Cina

Petasan
Foto: Mgrol25
Petasan

REPUBLIKA.CO.ID, TIONGKOK -- Tiongkok mulai memperkenalkan petasan ramah lingkungan pada perayaan Tahun Baru Tiongkok 2015 guna mengurangi dampak polusi udara yang sudah parah di negara tersebut.

"Produk petasan ramah lingkungan itu lebih banyak mengandung bubuk hitam dan sejumlah bahan kimia dengan kandungan logam berat dan sulfur yang lebih rendah," demikian media lokal mengabarkan, Rabu (18/2).

Penggunaan petasan dan kembang api dalam jumlah banyak dan selama satu pekan merupakan tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Tahun Baru Tiongkok.

Penyalaan petasan dan kembang api selama satu pekan perayaan dipercaya untuk menghalau berbagai kekuatan setan dan energi negatif lainnya.

Namun, tradisi tersebut telah menjadi salah satu penyebab tingginya tingkat polusi udara yang memang sudah parah di negara itu, karena tingginya kendaraan dan penggunaan batu bara untuk industri.

Kondisi tersebut memaksa pemerintah untuk membatasi jumlah petasan dan kembang api yang digunakan dalam perayaan Tahun Baru Tiongkok dalam tiga tahun terakhir.

Selain itu, pemerintah kini telah memperkenalkan petasan ramah lingkungan, yang diharapkan tidak menambah tingkat polusi udara selama perayaan Tahun Baru Tiongkok, yang tahun ini merupakan Tahun Kambing Kayu.

Salah satu produsen petasan dan kembang api Panda Fireworks menyatakan bahwa pihaknya telah memproduksi petasan dan kembang api ramah lingkungan untuk Imlek tahun ini.

Hal sama juga diproduksi oleh Lidu Fireworks, yang memproduksi sekitar 80 persen petasan dan kemban api ramah lingkungan.

"Kami sudah memproduksi petasan dan kembang api ramah lingkungan mula tahun ini," kata Wakil Manajer Umum Hou Zhongping.

Pemilik toko kembang api dan petasan Wang Sheng mengatakan bahwa harga petasan dan kembang api ramah lingkungan lebih mahal daripada produk takramah lingkungan, yaitu sekitar 600 yuan atau lebih mahal 10--15 persen.

Penggunaan petasan dan kembang api ramah lingkungan harus terus didengungkan sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga tradisi dan menjaga lingkungan.

Berdasar data Kementerian Keamanan Publik Tiongkok tercatat 138 pemerintah kota yang mengimbau larangan penggunaan petasan dan kembang api serta 536 pemerintah kota yang telah melakukan pelarangan terhadap penggunaan petasan dan kembang api untuk perayaan Tahun Baru Tiongkok.

Akibatnya, banyak produsen petasan dan kembang api yang mengalami penurunan keuntungan.

"Permintaan terus menurun sejalan dengan pelarangan tersebut, dan mau tidak mau kami mulai memproduksi produk ramah lingkungan dengan biaya yang lebih mahal tentunya, dan belum banyak pula masyarakat yang tahu," ungkap Zhongping.

Pemerintah Kota Beijing mulai memperpendek masa penjualan petasan dan kembang api dari semula 20 hari menjadi 11 hari dengan jumlah pengecer yang diberi izin sebanyak 942 atau turun 20 persen dari tahun sebelumnya.

Direktur Institut Keamanan Lingkungan dan Publik Ma Jun menyatakan sudah terbukti bahwa penggunaan kembang api dan mercon dalam jumlah banyak mengakibatkan peningkatan polusi udara.

Ia mencontohkan pada tanggal 22 Januari 2012 sehari setelah perayaan Tahun Baru Tiongkok alat pengukurpolusi udara di Chengongzhuang, Beijing, mencatat tingkat partikel polutan PM 2,5 meningkat dari 40 mikrogram pada pukul 06.00 menjadi 1.593 mikrogram per meter kubik pada tengah malam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement