Jumat 20 Feb 2015 04:35 WIB

Konflik Myanmar, Puluhan Ribu Pengungsi Melarikan Diri

Rep: C82/ Red: Julkifli Marbun
Tentara Myanmar
Foto: AP PHOTO
Tentara Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, LAUKKAI -- Meski tidak seintens beberapa hari terakhir, bentrokan sporadis terus berlanjut di Kokang, Myanmar timur laut hingga Kamis (19/2). Sebanyak 50 tentara dan 26 pemberontak dilaporkan tewas dalam pertempuran antar militer dengan kelompok pemberontak etnis minoritas selama beberapa hari tersebut.

Selain itu, dilansir BBC, puluhan ribu pengungsi telah dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka. Media pemerintah Cina menyebutkan, ada 30.000 etnis Kokang yang menyeberang perbatasan dengan Myanmar selama seminggu terakhir.

Pertempuran tersebut dipicu oleh kembalinya pemimpin kelompok pemberontak itu setelah lima tahun pengasingan di Cina. Pemerintah Myanmar pun telah menyatakan keadaan darurat militer di Kokang. Dengan berlakunya darurat milter tersebut, berarti tentara Myanmar diberi kekuasaan eksekutif dan yudisial untuk mengembalikan perdamaian dan ketenangan.

Myanmar juga disebut telah meminta kerjasama dengan Beijing untuk membantu mencegah para pemberontak menggunakan wilayah Cina untuk meluncurkan serangan lintas-perbatasan. Pemerintah Cina sendiri, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri telah menyerukan resolusi damai dan meminta pihak yang bertikai untuk tidak membuat situasi semakin memburuk.

Untuk diketahui, sejak 9 Februari, militer Myanmar telah memerangi Aliansi Tentara Nasional Demokrat Myanmar (MNDAA), sebuah kelompok pemberontak yang bertujuan untuk mencapai otonomi untuk Kokang yang didominasi oleh etnis Han Cina.

Sejak merdeka pada tahun 1948, Myanmar telah beberapa kali dilanda konflik akibat pemberontakan etnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement