REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat menyuarakan kekhawatirannya akan kemungkinan ekonomi Palestina di ambang kehancuran. Ini dikarenakan kurangnya dana sejak Israel menahan pajak dan donor bantuan untuk negara tersebut.
Al Arabiya melaporkan pada Jumat (20/2), AS telah melakukan pembicaraan untuk mendesak para pemimpin regional dan pemangku kepentingan untuk mengeluarkan lebih banyak dana bagi Palestina.
"Memang benar kami sangat prihatin dengan kelangsungan hidup Palestina jika mereka tak segera menerima dana," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki pada wartawan, Jumat.
Pada Januari, Israel menangguhkan dana pajak untuk Palestina senilai 127 juta dolar AS. Hal tersebut dilakukan Israel sebagai balasan atas tindakan Palestina yang bergabung dengan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Tak hanya itu, ekonomi Palestina juga terganggu akibat negara donor yang gagal memenuhi janjinya membangun kembali Gaza. Pada Konferensi Kairo Oktober lalu, sejumlah neagra berjanji membantu Gaza dengan mengucurkan dana 5,4 miliar dolar AS.
IMF melaporkan pada bulan lalu, perang Israel dan Gaza menyebabkan ekonomi Palestina ke goncang sejak 2006. Psaki menambahkan, jika Palestina menghentikan perjanjian keamanan dengan Israel maka akan memicu situasi yang lebih mengerikan.
"Kita bisa menghadapi krisis yang serius dan berdampak baik pada Palestina maupun Israel," katanya.
Para pejabat AS telah melakukan pembicaraan dengan rekan-rekan dari Uni Eropa, PBB, Rusia dan Liga Arab untuk membahas situasi ini.