REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi I DPR mendukung sikap tegas pemerintah memanggil pulang Duta Besar RI untuk Brasil, Toto Riyanto pada Sabtu (21/2). Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya sepakat dengan keputusan pemerintah memanggil Dubes Brasil di Jakarta ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sebagai bentuk protes keras.
"Sikap pemerintah sudah benar, oleh karenanya patut didukung," kata politikus Partai Golkar tersebut dalam pernyataan pers yang diterima Republika. Toto adalah mantan politikus Partai Demokrat yang ditunjukan presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono sebagai dubes Indonesia di Brasil. Toto adalah pensiunan TNI AU dengan pangkat terakhir marsekal madya, dengan jabatan wakil gubernur Lemhannas.
Menurut Tantowi, pemberian credential adalah hak negara akreditasi tapi pembatalan penyerahan di saat Dubes RI sudah berada di Istana Keperesidenan Brasil bersama dengan dubes-dubes lain adalah pelecehan diplomatik.
Sehingga, Indonesia patut melakukan protes keras. Tantowi menambahkan, tidak ada negara yg bisa mendikte hukum negara lain. Sebagai negara berdaulat, Brasil seharusnya memahami dan memaklumi hal tersebut.
"Tindakan emosional yg diambil pemerintah Brasil akan memperburuk hubungan bilateral kedua negara dalam berbagai bidang," ujar Tantowi.
Dia mencontohkan, hubungan baik kedua negara terjalin dalam bidang pertahanan dan perdagangan. Pasalnya, Indonesia dan Brasil telah menjalin kerjasama yang baik. Menurutnya, tahun anggaran 2009-2014, Indonesia memesan pesawat Super Tucano dari Brasil untuk mengawasi garis pantai Indonesia. "Kita juga memesan Multi Launcher Rocket System (MLRS)," katanya.
Sedikit gesekan itu telah mengecewakan Indonesia. Menurut dia, DPR dan Kementerian Pertahanan akan mengevaluasi kerjasama jika Brasil tidak mengubah sikap. Tantowi menyebutkan, kerjasama di bidang perdagangan juga telah baik. Brasil sebagai salah satu penghasil daging terbesar di dunia, saat ini sedang berusaha mengekspor dagingnya ke Indonesia.
"Mereka tahu besarnya kebutuhan kita akan daging. Dari dua bidang itu saja, saya menilai Brasil dalam posisi yang lebih membutuhkan kita," ujarnya.