REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Amerika Serikat (AS) dan Iran setuju perpanjang tenggat waktu akhir perundingan nuklir sampai dengan 30 Juni mendatang. Kesepakatan tersebut, menyusul belum ada titik temu antara kedua negara soal penggunaan nuklir di Teheran.
Dilansir dari Reuters, kesepakatan baru itu muncul setelah pertemuan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif di Jenewa, Jumat (20/1). Keduanya pun setuju untuk kembali membahas program nuklir Iran, setelah negosiasi serupa selalu kandas tahun lalu.
Pembahasan babak baru ini menampilkan tokoh-tokoh Iran yang selama ini dinilai mampu menemukan titik kesepahaman antara Washington dan Teheran. Presiden Iran, Hassan Rouhani bahkan meminta adiknya, Hossein Fereydoon menjadi pemimpin delegasi dari Iran, bersama Kepala Badan Atom Iran, Ali Akbar Salehi.
Seperti diketahui, Iran menjadi sasaran embargo ekonomi AS dan sekutu lantaran aktivitas nuklir negeri para Mullah itu. Peralihan kepemimpinan dari Presiden Mahmoud Ahmadinejad ke Rouhani pada 2013, menghendaki penghentian 12 tahun embargo tersebut.
Permintaan Rouhani disambut barat dengan meminta Teheran menegosiasikan penggunaan nuklir di negara tersebut. Reuters mencatat, perundingan 2014 antara para pihak, sama sekali tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan. Bahkan, cenderung tak ada kemajuan.