REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Media Australia, Sydney Morning Herald mencoba mengulik soal ketegangan pemerintah Indonesia dengan Brasil yang beberapa hari terakhir tengah memanas. Sebelumnya, hubungan diplomatik RI dan Brasil terganggu akibat rencana eksekusi terpidana mati warga negara Brasil Rodrigo Gularte.
Dalam laporannya berjudul 'Nobody consoled Marco': Last rites denied for prisoner executed before Bali nine duo, Ahad (22/2), media tersebut berusaha mencari alas dasar lain soal ketegangan RI-Brasil. Dilaporkannya, ketegangan terjadi lantaran eksekusi terpidana mati asal Brasil sebelumnya, Marco Archer Cardoso Moreira yang dieksekusi bulan lalu di Nusakambangan.
Moreira dieksekusi pada 18 Januari bersama lima penjahat narkoba lainnya di Nusakambangan. Sydney mengutip laporan Fairfax Media, bahwa marahnya pemerintah Brasil karena Moreira tidak diberi kesempatan untuk dihibur oleh penasihat spiritual, seorang Pastor yang mestinya dilakukan pada detik-detik jelang eksekusi.
"Dia harus diseret dari selnya. Dia menangis dan berkata 'tolong saya'," kata Pastor Burrows. Burrows menambahkan, ia terus menangis sepanjang waktu hingga menit terakhir. Sydney menyebut, Moreira adalah seorang Katolik dan Pastor Burrows seharusnya ada untuk melayani penebusan dosa dan minyak penyucian.
"Tapi Pastor Burrows tidak diizinkan masuk ke pulau," tulis laporan Sydney Morning Herald.
Sementara itu hubungan Brasil-RI sempat terganggu, soal rencana hukuman mati Rodrigo Gularte, yang dilaporkan tim kesehatan tengah mengalami gangguan kejiwaan.