REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Gerilyawan yang berafiliasi pada ISIS mengatakan mereka berada di belakang serangan bom kembar di kediaman duta besar Iran di ibu kota Libya dan serangan roket di bandara Labraq timur pada Minggu (22/2).
Serangan terhadap kediaman duta besar datang dua hari setelah kelompok mengaku bertanggung jawab atas serangan bom bunuh diri ganda yang menewaskan lebih dari 40 orang di kota timur Qubbah. Itu merupakan salah satu serangan terburuk terhadap warga sipil sejak pemberontakan menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011.
Negara Barat khawatir Libya akan menjadi medan pertempuran baru dan tempat berkembangnya militan yang setia pada ISIS. Kelompok ini telah meningkatkan serangan sejak Mesir melancarkan serangan udara terhadap tersangka militan target di kota Libya timur Derna, Senin. Aksi Mesir merupakan balasan setelah ISIS merilis sebuah video yang menunjukkan pelaksanaan eksekusi orang Kristen Koptik Mesir.
Pada hari Minggu, dua bom meledak di pintu gerbang kediaman duta besar Iran di kantor berita resmi sentral Iran Tripoli. IRNA, media resmi pemrintah Iran mengkonfirmasi ledakan dan mengatakan tidak ada korban.
"Dua perangkat bom diletakkan, satu meledak pertama dan kemudian yang lain. Titik bom kedua adalah untuk menciptakan kebingungan," kata Kolonel Jumaa al-Mashri dari Badan Keamanan Nasiona.
Seorang wartawan Reuters di tempat kejadian melihat perangkat kedua meledak sekitar 30 menit setelah ledakan pertama mengakibatkan kerusakan kecil. "Prajurit ISIS menargetkan kedutaan Iran di Tripoli," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang diposting dengan gambar api di Twitter.