Senin 23 Feb 2015 21:07 WIB

Warga Australia di Jakarta tak Terpengaruh Seruan #BoycottBali

Pemerintahan Australia belum mengeluarkan perubahan peringatan perjalanan terhadap warga Australia yang ingin bepergian ke Indonesia.
Foto: abc news
Pemerintahan Australia belum mengeluarkan perubahan peringatan perjalanan terhadap warga Australia yang ingin bepergian ke Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menanggapi  seruan #BoycottBali yang muncul di antara pengguna media sosial di Australia, beberapa warga Australia di Jakarta merasa tak terpengaruh.

Jean Paul, seorang pengusaha, mengatakan, seruan #BoycottBali tak akan menyelesaikan masalah dan tak akan menghentikan hukuman mati. “Bukan orang Bali yang melakukan eksekusi. Itu adalah hukum nasional Indonesia,” ujarnya baru-baru ini.

Hal yang senada juga disampaikan Iain Shearer, ekspatriat Australia lainnya. “Itu seruan tak berdasar. Orang Bali tak perlu dihukum atas keputusan Presiden Indonesia. Boikot Bali diserukan oleh sekelompok kecil orang Australia, minoritas, seperti FPI di Australia. Bukan oleh pemerintah atau media” tuturnya.

Ia mengutarakan lebih lanjut bahwa seruan boikot itu justru semakin membuat orang Indonesia membenci orang Australia, dan semakin membuat orang Indonesia ingin menghukum warga negeri kangguru.

Meski demikian, Jean Paul dan Iain menilai, keputusan hukuman mati dan penolakan grasi yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia sungguh disayangkan.

“Saya tak setuju dengan eksekusi mati yang akan dijalankan Pemerintah Indonesia, harus ada pengampunan,” ujar Iain.

“Sedih melihat Pemerintah Indonesia begitu keras kepala akan hukuman mati ini. Menurut saya ini lebih karena alasan politis ketimbang ‘bahaya narkoba’,” ungkap Jean.

Paul Harris juga mengungkapkan pendapat yang serupa.

“Hukuman mati itu benar-benar salah, itu kekerasan, dan tak terbukti ampuh menangkal peredaran narkoba,” tuturnya.

Hal yang sedikit berbeda diutarakan warga Australia di Jakarta lainnya, Joe Corrigan.

“Saya memahami pendapat yang menentang hukuman mati ini. Dan saya juga menyadari ada kritik mengenai ketidakkonsistenan hukum di Indonesia. Tapi warga asing adalah tamu dari negara yang ditinggalinya. Jika kita tak sepakat dengan hukum atau cara hidup mereka, kita harusnya meninggalkan negara itu,” urainya.

Baik Iain, Jean, Joe, dan Paul tak merasa terancam dengan adanya seruan #BoycottBali, atau #CoinforIndonesia yang muncul akibat komentar Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, yang mencoba menyinggung bantuan tsunami Australia terkait eksekusi geng Bali Nine.

Keempatnya-pun kompak menyesalkan pernyataan Tony Abbott tersebut.

“Sangat disayangkan. Komentar Abbott itu agak tolol, tak perlu diucapkan,” sebut Paul Harris.

sumber : http://www.republika.co.id/berita/internasional/abc-australia-network/15/02/23/nk8635-meski-ada-seruanem-boycottbaliem-australia-tak-melarang-warganya-ke-indonesia
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement