Rabu 25 Feb 2015 07:47 WIB

Greenpeace Jadi Target Pemantauan Intelijen

Rep: Gita Amanda/ Red: Bayu Hermawan
Kapal Greenpeace Arctik Sunrise
Foto: AFP
Kapal Greenpeace Arctik Sunrise

REPUBLIKA.CO.ID, VANCOUVER -- Dari dokumen rahasia yang bocor ke Aljazirah mengungkapkan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) banyak menjadi incaran badan-badan intelijen. Termasuk salah satunya, LSM lingkungan Greenpeace di Korea Selatan.

Bocoran dokumen mengungkapkan, permintaan bekerjasama dengan Badan Keamanan Negara Afrika Selatan (SSA). Badan-badan intelijen dunia bekerja sama dengan SSA mengintai berbagai kelompok mulai dari politisi, hingga LSM yang dianggap nakal. Banyak kritik yang menyatakan, hal ini tak pantas dilakukan Afrika Selatan.

Salah satu dokumen yang tertulis berasal dari tahun 2010 memperlihatkan, sembilan bulan sebelum Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Seoul pada November, Korea Selatan meminta pengintaian khusus pada tiga pria.

Dua pria terdaftar sebagai 'orang berbahaya' dan telah ditangkap di Pakistan pada 2004. Sementara orang ketiga adalah Direktur Greenpeace Kumi Naidoo. Aljazirah menginformasikan pada aktivis itu, terkait permintaan pengintaian tersebut. Dan ia mengaku tak terkejut mengenai itu.

"Sayangnya asumsi itu sudah kita perkirakan, terutama setelah terungkapnya bocoran dari Edward Snowden dan Wikileaks, kami tahu kami sangat dipantau dan berada di bawah pengawasan," katanya.

Namun tak tercatat dalam dokumen apakah Afrika Selatan memenuhi permintaan Korea Selatan itu. Kebocoran ratusan dokumen intelijen dari lembaga di seluruh dunia, mengungkapkan sekilas mengenai dunia keruh spionase.

Satuan investigasi Aljazirah menerbitkan dokumen-dokumen pilihan dari ratusan dokumen yang bocor tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement