Rabu 25 Feb 2015 14:19 WIB

Pecandu Narkoba Picu Peningkatan Kasus Pembunuhan dan Perampokan

Red:
narkoba
Foto: abc news
narkoba

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA BARAT -- Kasus pembunuhan dan perampokan yang dilakukan oleh pecandu narkoba mengalami peningkatan tajam di wilayah hukum Australia Barat.

Demikian dikemukakan Hakim Wayne Martin kepada ABC, Rabu (25/2). "95 persen perampokan bersenjata dan hampir separuh pembunuhan dilakukan oleh mereka yang memakai narkoba jenis methamphetamine," katanya.

Narkoba jenis ini dikenal pula dengan ice.

Hakim Martin mengaku sangat khawatir atas penggunaan narkoba yang begitu meluas di kalangan warga Aborigin. "Dalam kasus perampokan bersenjata yang saya tangani, saya tidak ingat ada kasus yang tak berkaitan dengan narkoba," ujarnya.

"Untuk angka pastinya, dari sekitar 200 kasus perampokan bersenjata di Australia Barat pertahun, atau sekitar 4 kasus perminggu, serta sekitar 50 kasus pembunuhan, umumnya terkait dengan narkoba," jelas Hakim Martin.

"Selain itu, umumnya kasus pembunuhan paling sadis dilakukan oleh pelaku yang pecandu narkoba," tambahnya.

Hakim Martin mengatakan narkoba jenis methamphetamine ini membuat pecandunya berperilaku tidak rasional.

"Berbeda dengan jenis heroin yang membuat orang cenderung tidur dan melambat, methamphetamine justru membuat pecandunya merasa sebagai manusia super," katanya.

Ia menambahkan, mudahnya barang ini diproduksi turut membuat peredarannya juga semakin meluas.

"Kalau heroin dan kokain terbuat dari bahan alami yang tidak terdapat di Australia, sehingga bisa dilakukan penjagaan di perbatasan pintu masuk ke Australia," katanya.

"Tapi jenis Meth ini terbuat dari bahan kimiawi, jadi sepanjang bahan kimiawinya tersedia, orang bisa dengan mudah memproduksinya," tambah Hakim Martin.

Ditambahkan, penyebaran narkoba jenis ini ke wilayah pedalaman Australia semakin memprihatinkan.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement