Rabu 25 Feb 2015 19:46 WIB

Mantan Agen Mossad Ancam 'Serang' Afsel

Rep: Gita Amanda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Teror agen Israel, Mossad (ilustrasi)
Teror agen Israel, Mossad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  TEL AVIV-- Mantan mata-mata badan intelijen Israel, Mossad, mengancam akan melakukan serangan siber yang akan menghancurkan Afrika Selatan. Mereka menuntut Afrika Selatan untuk segera menghentikan kampanye boikot Israel, yang selama ini dilakukan negara tersebut.

Hal ini diungkapkan oleh Tim Investigasi Al Jazeera, pada Selasa (24/2), yang mendapat bocoran dokumen-dokumen rahasia para agen intelijen. Menurut laporan, Menteri Keuangan Afrika Selatan Pravin Gordhan menerima surat dari sumber yang tak diketahui pada 28 Juni 2012. Surat tersebut berisi ancaman serangan siber pada sektor perbankan dan keuangan Afrika Selatan.

Surat juga memberi pemerintah waktu 30 hari untuk menghentikan kampanye Divestasi dan Sanksi Boikot (BDS) terhadap Israel. Mereka juga meminta penggantian dan penuntutan beberapa prang yang terkait dengan kampanye BDS.

Seperti diketahui, Kongres Nasional Afrika Selatan yang berkuasa secara historis bersekutu dengan Palestina. Mereka mengkampanyekan boikot terhadap Israel, terkait sikap Israel selama ini pada Palestina.

Menurut bocoran Badan Keamanan Negara (SSA) Afrika Selatan, pada September 2012, menyatakan penulis surat mengklaim dirinya sebagai mantan mata-mata Mossad. Ia mengaku memiliki akses ke berbagai teknologi dan divisi sumber daya penyerangan dan pertahanan elektronik Mossad.

Mereka juga mengaku terlibat dalam pengembangan virus Stuxnet dan Flame yang diyakini berasal dari Israel. Virus tersebut menargetkan Iran dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Stuxnet dilaporkan berhasil melumpuhkan seperlima sentrifugal uranium Iran pada 2010. Saat itu virus masuk ke dalam sistem komputer di fasilitas nuklir Bushehr Iran.

Intelijen Afrika Selatan menyelidiki ancaman tersebut. Meskipun tak ada bukti bahwa ancaman serangan tersebut terjadi atau pemerintah menyerah pada tuntutan surat misterius tersebut.

SSA saat itu memperingatkan, bahwa insiatif yang tumbuh dalam masyarakat sipil Afrika Selatan untuk menentang kebijakan Israel secara signifikan dapat meningkatkan polarisasi antara komunitas Yahudi dan kelompok-kelompok pro-Palestina.

Menurut bocoran dokumen, mata-mata Afrika Selatan menafsirkan surat yang diberikan pada Gordhan sebagai bukti ketidakpuasan yang tumbuh dalam komunitas Yahudi setempat. Dokumen menyimpulkan bahwa kegiatan spionase Mossad di Afrika selatan dapat meningkat akibat hal ini.

Bocoran dokumen yang didapat Aljazirah menunjukkan, ketidaksukaan dan ketidakpercayaan antara mata-mata Afrika Selatan dan Israel. Dari file yang bocor, agen Afrika Selatan menggambarkan operasi Mossad sebagai tindakan yang sangat arogan dan rawan dimanipulasi.

Dokumen rahasia yang didapat Tim Investigasi Aljazirah berasal dari periode antara tahun 2006-2014. Dokumen seakan menjelajahi dunia 'mata-mata' internasional dan kepentingan tumpang tindih antara badan-badan intelijen dunia. Hingga saat ini SSA belum mau mengomentari perihal kebocoran dokumen rahasia ini.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement