Senin 02 Mar 2015 14:41 WIB

Warga Indonesia Didorong Jembatani Umat Islam di Australia

Red:
Prof Greg (kedua dari kanan)
Foto: dok Indonesia Sinergy
Prof Greg (kedua dari kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Warga masyarakat Indonesia di Australia didorong menjadi inisiator dan penggerak terciptanya hubungan yang konstruktif dan positif antara umat Islam dan masyarakat Australia. Mereka diharapkan aktif mengupayakan dakwah yang sesuai konteks masyarakat setempat.

Hal ini mengemuka dalam diskusi “Muslims in Australia after the Sydney Siege” pada Kamis, 26 Februari 2015 di kampus Australian National University (ANU) di Canberra.

Acara yang diadakan Indonesia Synergy dan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCI NU) Australia dan Selandia Baru tersebut menghadirkan tiga pembicara. Mereka adalah Associate Professor Greg Fealy, Dr Asmi Wood, dan Associate Profesor Nadirsyah Hosen, serta dimoderatori oleh Awidya Santikajaya, mahasiswa PhD Diplomacy di ANU.

Dalam keterangan yang disampaikan kepada wartawan ABC Farid M Ibrahim, Koordinator Indoensia Sinergy Awidya Santikajaya dan Koordinator PCI NU Canberra Muhammad Falik Isbah, menjelaskan bahwa diskusi ini dihadiri lebih dari 40 termasuk mahasiswa, serta tokoh Islam maupun Katolik asal Indonesia di Canberra.

Dorongan agar warga Islam asal Indonesia lebih aktif menjembatani umat Islam dengan warga masyarakat Australia secara luas, di antaranya karena adanya gap antara ulama setempat dan masyarakat Muslim Australia di mana sekitar 35 persen adalah kelahiran Australia.

Dijelaskan, pemimpin Islam di Australia bahkan banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris, dan tidak memahami budaya dan situasi di Australia, yang sebenarnya menyulitkan konteks dakwah dan komunikasi sosial lintas generasi.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement