REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pemerintah Irak belakangan ini berusaha merebut kembali kota Tikrit dari tangan kaum ekstremis ISIS.
Dilaporkan Alarabiya, Senin (2/3), usaha untuk merebut kota kelahiran mantan Presiden Saddam Husein itu telah dimulai sejak Juni lalu.
Kota yang berjarak 160 km dari ibukota baghdad itu merupakan ibukota Provinsi Salahuddin.
Provinsi ini dinamakan sesuai dengan nama tokoh legendaris Salahuddin Alayubi, jenderal Kurdi yang berhasil membebaskan Yerusalem tahun 1187 dari kalangan Salib.
Tikrit dianggap menjadi legasi Saddam Husein dan pendukungnya dari Partai Baath, yang memerintah saat itu dan sekarang sudah dilarang keberadaanya.
Partai yang berkuasa secara otoriter itu dilarang di Irak setelah invasi Amerika Serikat.
Banyak yang menilai, konflik Irak saat ini masih berhubungan dengan konflik internal partai Baath. Antara mantan anggota yang Syiah, Sunni dan Kurdi.
Para mantan anggota partai Baath yang terpinggirkan kemudian menjadi motor utama penggerak pemberontakan bersenjata di beberapa faksi bersenjata dengan mengekploitasi sentimen suku maupun ideologi Sunni-Syiah.
ISIS sendiri, yang mulai menonjol setelah kepergian pasukan AS, merupakan salah satu faksi bersenjata yang didominasi anggota Baath dan berhasil menarik minat jihadis asing.
Abu Bakr al-Baghdadi diangkat menjadi Khalifah ISIS atas dorongan elemen Partai Baath pimpinan Haji Bakr. Saat ini mantan perwira militer dan intelijen Baath di era Saddam menjadi kekuatatan utama di belakang ISIS.