REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Retno L P Marsudi mengatakan Indonesia akan memperkuat kerja sama di bidang peternakan dan pasokan daging dengan Selandia Baru.
Retno mengunjungi Whenuanui Cattle Farm, di Helensivlle, Auckland menjelang pertemuan Komisi Gabungan Menteri (JMC) bersama Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully pada 3 Maret 2015 di Auckland.
Selandia Baru adalah salah satu produsen sapi perah dan sapi potong terbesar secara global. Selandia Baru memiliki sekitar 6,7 juta sapi perah dan sekitar 3,7 juta sapi potong pada 2014.
Ada peluang besar untuk kerja sama yang lebih luas antara Indonesia dan Selandia Baru, termasuk di bidang peternakan. Penguatan kerja sama tentang masalah ini memungkinkan diversifikasi pasokan daging sapi dan ternak bagi Indonesia. Indonesia juga bisa mendapatkan sumber daging yang lebih luas.
"Indonesia mengakui kapasitas dan pengalaman Selandia Baru dalam budidaya ternak. Indonesia dapat belajar dalam upaya mencapai keberlanjutan produksi daging sapi dan ketahanan pangan" ujar Menteri Retno, dalam pernyataan pers kepada Republika, Selasa (3/3).
Retno menambahakn Selandia Baru dan Indonesia telah memiliki keterikatan yang kuat di bidang peternakan sapi. Indonesia memasok 49,7 persen bungkil sawit bagi Selandia Baru. Bungkil sawit merupakan bahan tambahan untuk pakan ternak.
Sedangkan 43 persen ekspor Selandia Baru ke Indonesia adalah produk susu. Total perdagangan antara Selandia Baru dan Indonesia sekitar 1,3 miliar dolar AS pada 2014. Dalam kerja sama pertanian, Indonesia juga mencari akses pasar Selandia Baru yang lebih luas untuk buah-buahan tropis, yaitu manggis, salak dan mangga.