Selasa 03 Mar 2015 18:38 WIB

Obama Ajukan Syarat untuk Iran

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Barack Obama
Foto: AP/ Evan Vucci
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengajukan syarat pada Iran, agar kesepakatan nuklir dapat tercapai.

Dalam wawancara eksklusifnya dengan kantor berita Reuters, Senin (2/3), Obama meminta Iran berkomitmen untuk membekukan aktivitas program nuklirnya selama minimal 10 tahun.

Dalam wawancaranya di Gedung Putih Obama mengatakan, jika Iran menyetujui untuk menjaga program nuklir mereka selama dua tahun dari sekarang. Hal itu akan memberikan jaminan bahwa mereka tak memproduksi senjata nuklir. Komentar Obama terkait kerangka waktu untuk pembekuan ini merupakan salah satu sinyal terkuat pemerintah AS, terkait batas akhir kesepakatan.

Pembicaraan nuklir Iran dengan negara-negara kekuatan Barat selama ini berkutat pada masalah pengurangan uranium dan pelonggaran sanksi. Pembicaraan mencapai tahap kritis menjelang akhir batas waktu kesepakatan kerangka kerja pada akhir Maret dan kesepakatan akhir pada 30 Juni.

"Kami ingin memastikan setidaknya dalam satu tahun ini untuk melihat apakah mereka mencoba menghasilkan senjata nuklir, atau mereka mampu membuatnya," kata Obama dalam wawancara.

Namun upaya kuat Obama mencapai kesepakatan nuklir Iran menghadapi kritik dari beberapa kalangan. Mereka khawatir kesepakatan berisiko memungkinkan Iran untuk akhirnya menjadi negara nuklir.

Dalam wawancaranya dengan Reuters, Obama juga kembali mengkritik rencana Partai Republik dan beberapa Senat Demokrat yang berencana menjatuhkan sanksi tambahan pada Iran. Ia mengatakan, hal itu bisa merusak pembicaraan yang sudah berlangsung secara halus.

Obama juga mengkritik Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, yang terus mendorong untuk menggagalkan pembicaran. Namun ia mengatakan, ketegangannya dengan Netanyahu merupakan gangguan tak permanen dalam hubungan AS-Israel.

"Saya tak begitu peduli dengan komentar Perdana Menteri Netanyahu dibanding saya dengan Kongres, yang akan mengambil tindakan yang mungkin merusak pembicaraan yang belum selesai," katanya.

Netanyahu selama ini berbicara pedas mengenai kesepakatan nuklir Iran. Israel khawatir, diplomasi dengan Iran akan memungkinkan negara itu mengembangkan bom atom. Teheran selama ini membantah tuduhan tersebut.

Sementara itu Penasihat Keamanan Nasional AS Susan Rice memperingatkan Kongres untuk tak mengeluarkan sanksi baru terhadap Iran saat pembicaraan masih berlangsung.

"Kongres memainkan peran yang sangat penting dalam membantu mengeluarkan sanksi baru terhadap Iran, tapi mereka tak harus melakukan spoiler sekarang," kata Rice.

Komite hubungan luar negeri dari Partai Republik dan Demokrat disebut-sebut telah mengirim surat pada Obama. Mereka menyoroti keprihatinan akan kesepakatan nuklir dengan Iran. Mereka mengatakan Kongres harus diyakinkan bahwa semua jalur, yang memungkinkan Iran mengembangkan program nuklir, harus ditutup.

Kesepakatan nuklir Iran akan menjadi prestasi bagi Obama dalam hal kebijakan asing, sebelum ia mengakhiri masa jabatannya yang tersisa dua tahun. Namun ini menjadi tantangan yang cukup sulit baginya, mengingat banyak masalah dihadapi AS mulai dari konflik Ukraina hingga kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Semua itu membayangi keberhasilannya dalam pembunuhan Osama bin Laden dan pembukaan kembali hubungan dengan Kuba.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement