REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian Economist Intelligence Unit (EIU) menyebutkan Singapura menjadi kota paling mahal di dunia. Seperti dilansir dari media BBC, Rabu (3/3), EIU mensurvey dari 133 kota di seluruh dunia dan menetapkan Singapura diurutan pertama. Survey ini menemukan ada 160 layanan dan produk di Singapura dengan biaya tinggi.
EIU membandingkan biaya layanan dan produk dengan kota lainnya. Hasilnya Singapura memiliki biaya lebih tinggi diantaranya, makanan, pakaian, dan tagihan layanan. Singapura memiliki biaya 11 persen lebih tinggi dari New York untuk bahan makanan pokok.
"Yang paling signifikan, sertifikat hak membuat harga mobil yang berlebihan, dengan biaya transportasi Singapura hampir tiga kali lebih tinggi daripada di New York." kata EIU.
Selain itu, dibandingkan dengan Seoul dan New York harga pakaian di negara ini lebih mahal 50 %. Informasi yang dikumpulkan survei ini dirancang untuk digunakan secara online sebagai cara untuk menghitung biaya relokasi dan hidup untuk ekspatriat dan pelancong bisnis.
Singapura merupakan salah satu kota maju di kawasan Asia Tenggara. Negara dengan luas 716,1 km2 ini juga menjadi negara tujuan wisata dan bisnis. Selain Singapura, EIU juga mensurvey kota mahal di dunia dibawah Singapura yaitu, Paris, Oslo, Zurich dan Sydney.
Menurut EIU, sangat jarang perubahan survey lima besar kota termahal. Apalagi disaat harga minyak dunia sedang turun bersama dengan tekanan deflasi di berbagai pasar. Pergerakan mata uang asing dan penurunan harga minyak berdampak pada biaya hidup di beberapa kota.
Di Venezuela terjadi pelemahan mata uang asing membuat kota ini menjadi salah satu kota termurah tahun ini. padahal pada tahun lalu, kota ini berada pada peringkat keenam kota termahal di dunia. Pada tahun sebelumnya, posisi puncak ditempati oleh Tokyo, Jepang. Pelemahan mata uang dollar dan deflasi membuat kota matahari terbit ini berada di posisi 11.