Selasa 03 Mar 2015 21:52 WIB

Soal Iran, Obama-Netanyahu Saling Kritik

PM Israel Netanyahu memperingatkan dunia tentang ancaman senjata nuklir Iran
Foto: Reuters
PM Israel Netanyahu memperingatkan dunia tentang ancaman senjata nuklir Iran

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON --  Presiden AS Barack Obama menerima kritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengenai pembicaraan dengan Teheran, Senin (2/3). Obama dinilai Netanyahu berkeras untuk menghentikan program nuklir selama sepuluh tahun sebagai harapan terbaik menghindari Iran yang bersenjata nuklir.

Namun, Obama mengkritik balik koleganya itu. Kepada Reuters, Obama mengatakan, Iran bersedia menyetujui untuk membekukan program nuklir mereka selama lebih dari 10 tahun." Jika pembekuan itu diverifikasi tidak ada langkah lain yang bisa kita ambil yang akan menjamin mereka tidak memiliki senjata nuklir," kata Obama.

Teheran membantah tuduhan bahwa mereka sedang mencoba untuk membangun sebuah bom. Israel yakin kesepakatan sesingkat sepuluh atau 20 tahun akan membuat Iran menjadi kekuatan senjata nuklir di lingkungan politiknya.

Netanyahu mengatakan kesepakatan dengan Iran akan mengancam kelangsungan hidup Israel. Soal itu, Obama mengatakan bahwa adanya sentimen salah arah, mengingat oposisi Netanyahu yang sebelunya mengutarakan kepada kesepakatan interim Iran sebagai bukti Israel harus mendukung pembicaraan tersebut.

"Netanyahu telah membuat banyak klaim seperti, akan menjadi kesepakatan yang mengerikan, hal ini justru akan memberikan Iran bantuan senilai 50 miliar dolar AS, Iran tidak akan mematuhi perjanjian. Namun, tak satu pun dari tuduhan itu benar," ujar Obama.

"Hal ini ternyata bahwa pada kenyataannya, selama periode ini kita telah melihat Iran tidak memajukan program," tambah Obama.

Pencapaian kesepakatan dengan Iran telah menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri Obama saat ia memasuki tahun terakhir masa kepresidenannya. Dia mengakui ada "ketidaksepakatan besar" dengan Israel mengenai masalah ini, tetapi berusaha untuk mengecilkan keretakan dengan Netanyahu.

"Ini bukan masalah pribadi. Saya berpikir bahwa itu penting bagi setiap negara dalam hubungannya dengan Amerika Serikat untuk mengakui bahwa AS memiliki proses pembuatan kebijakan," ujar Obama

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement