REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar Negeri AS John Kerry terbang ke Riyadh pekan ini untuk meyakinkan Raja Salman terkait kesepakatan nuklir Iran.
Menurut Kerry, kesepakatan nuklir dengan Iran ini juga menjadi kepentingan Arab Saudi. Meski pihaknya khawatir kerajaan justru akan meningkatkan dukungannya terhadap Iran.
Amerika Serikat penting meyakinkan Arab Saudi untuk menerima kesepakatan nuklir karena Obama membutuhkan kerja sama dengannya. Ini berkaitan dengan sejumlah kebijakan regional dan mempertahankan perannya dalam mempengaruhi pasar minyak.
Namun, kritikus utama AS di Arab Saudi khawatir kesepakatan ini akan memungkinkan Iran memberikan lebih banyak dukungan uang dan energi untuk rekanannya di Suriah, Irak, Lebanon dan Yaman. Hal itu bisa berdampak pada konflik yang semakin meningkat.
"Saudi takut Obama akan memberikan Iran kesepakatan berapapun biayanya dengan imbalan Iran mendapatkan status daerah tertentu," ujar seorang diplomat Teluk.
Di Arab Saudi rencananya Kerry juga akan bertemu Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Nayef dan Menteri Luar negeri dari enam negara Dewan Kerja Sama Teluk, yakni Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Tujuan utama pertemuan ini tetap mengarah pada solusi diplomatik program nuklir Iran agar lebih aman.
Selain bertemu Raja Salman, Kerry bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Montreux, Swiss selama dua hari lalu. Mereka berharap dapat berdiskusi kembali pada Rabu (4/3) sebelum batas waktu kesepakatan nuklir berakhir.