REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Kongres AS pada Selasa (3/3) lalu mengenai potensi kesepakatan mengenai masalah nuklir Iran adalah pertunjukan tipu muslihat.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh seorang Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham, dilansir dari Xinhua, Rabu (4/3). Pidato Netanyahu adalah tanda lemahnya dan terkucilnya kaum radikal di Israel dan upaya mereka untuk memengaruhi kebijakan internasional.
"Tak ada keraguan bahwa pendapat umum global tak lagi menghormati rejim Israel, yang telah membunuh anak-anak," kata nya.
Ia merujuk kepada serangan Israel terhadap Jalur Gaza tahun lalu. Menurutnya, kebohongan yang berulangkali disampaikan oleh Netanyahu mengenai program nuklir Iran membosankan.
Ia menambahkan, tekad Iran untuk menyelesaikan krisis mengenai masalah nuklir Republik Islam tersebut dan keikut-sertaan aktifnya dalam pembicaraan nuklir dengan negara besar dunia telah mengguncang landasan "Iran-fobia" di dunia.
Diketahui sebelumnya Netanyahu mengatakan kepada peserta sidang gabungan Kongres AS dan melakukan pidato tanpa sepengetahuan Presiden Barack Obama.
Teheran sepakat untuk merundingkan kesepakatan menyeluruh mengenai program nuklir kontroversialnya berdasarkan kesepakatan sementara yang dicapai pada November 2013 dengan kelompok P5+1. Berdasarkan kesepakatan sementara tersebut, Iran juga berjanji akan membekukan sebagian kegiatan nuklirnya sebagai imbalan bagi diredakannya sanksi.