Kamis 05 Mar 2015 01:35 WIB

Senat AS Debat Soal Nuklir Iran Pekan Depan

Presiden AS Barack Obama.
Foto: AP
Presiden AS Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemimpin Mayoritas Senat Amerika Serikat Mitch McConnell mengatakan debat antarpartai politik dimulai pekan depan, sebelum Presiden Barack Obama mengajukan kesepakatan nuklir dengan Iran kepada Kongres untuk mendapatkan persetujuan.

Perdebatan itu juga memberi kesempatan untuk mempertimbangkaan sanksi ekonomi baru terhadap rezim di Teheran, sebuah langkah yang sangat ditentang oleh pemerintahan Obama di tengah negosiasi internasional yang sedang berlangsung dengan Iran.

RUU yang membutuhkan tinjauan kongres mengenai perjanjian nuklir "akan diperdebatkan minggu depan," kata McConnell.

Ini akan memberikan Kongres 60 hari untuk mengadakan dengar pendapat dan pengarahan terperinci atas kesepakatan itu serta menentukan sikap menyetujui atau menolaknya.

Gedung Putih telah mengancam akan memveto undang-undang karena pemerintah ingin fleksibilitas untuk menuntaskan kesepakatan dengan Iran dan negosiator internasional lain tanpa campur tangan dari Kongres.

RUU ini diprakarsai oleh Ketua Komite Senat Hubungan Luar Negeri Bob Corker dan anggota panel Demokrat senior, Senator Robert Menendez.

"Pemilihan waktunya sangat penting," kata McConnell. "Kami pikir itu akan membantu mencegah sebuah kesepakatan yang buruk. Tapi jika mereka menyepakatinya maka akan memberikan kesempatan bagi Kongres untuk menimbang secara dalam."

Pernyataan McConnell disampaikan beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pidato kontroversial di dalam Kongres Amerika Serikat. Pada kesempatan itu, ia memperingatkan bahaya global nuklir Iran dan mendesak Washington untuk tidak menyerah pada sebuah "kesepakatan yang buruk."

Undang-undang yang akan menjatuhkan sanksi jika tidak ada kesepakatan yang tercapai pada akhir Juli, serta melewati batas waktu yang ditetapkan oleh negosiator, seperti yang disampaikan oleh Komite hubungan luar negeri pada tanggal 29 Januari.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement